Sebuah konser dan acara perayaan yang diadakan kelompok pemberontak junta Myanmar diserang oleh jet tempur militer negara itu pada Minggu, (22/10/2022). Dalam serangan itu, sebanyak 60 orang dilaporkan tewas.
Kolonel Naw Bu mengatakan kepada kantor berita AFP pada hari Senin bahwa dua jet militer Myanmar menyerang upacara yang diadakan oleh Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) di negara bagian Kachin sekitar pukul 20:40.
“Sekitar 50 orang tewas termasuk anggota KIA dan warga sipil. 70 orang terluka,” katanya kepada media Prancis itu, dikutip Al Jazeera.
Dalam informasi lain, seorang juru bicara KIA berbicara kepada The Associated Press dengan menyebutkan korban tewas lebih dari 60 orang. Sekitar 100 juga terluka dalam serangan pada hari pertama perayaan tiga hari berdirinya Organisasi Kemerdekaan Kachin.
Acara tersebut diadakan di sebuah pangkalan yang juga digunakan untuk pelatihan militer oleh KIA, sayap bersenjata organisasi tersebut.
Juru bicara itu juga membeberkan informasi terkait anggota kelompoknya yang berada di sana. Mereka mengatakan bahwa pesawat militer menjatuhkan empat bom pada perayaan itu.
“Antara 300 dan 500 orang hadir, dan seorang penyanyi Kachin dan pemain keyboard termasuk di antara yang tewas,” kata juru bicara itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia takut akan hukuman oleh pihak berwenang.
“Mereka yang tewas termasuk perwira dan tentara Kachin, musisi dan pemilik bisnis penambangan batu giok dan warga sipil lainnya.”
Beberapa media Kachin memposting video yang menunjukkan apa yang dikatakan sebagai akibat dari serangan itu. Rekaman menunjukan struktur kayu yang pecah dan rata.
Tidak ada komentar langsung dari militer atau media pemerintah di Myanmar yang dikuasai militer. Diketahui, negara itu telah didera pemberontakan oleh etnis minoritas yang mencari otonomi selama beberapa dekade terakhir.
Serangan kelompok pemberontak etnis pun semakin memuncak setelah rezim junta militer yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing melakukan kudeta kepada pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 lalu.
Kantor PBB di Myanmar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka ‘sangat prihatin dan sedih’ dengan laporan serangan udara tersebut. Hal itu, menurutnya, sangat tidak bertanggung jawab.
“Apa yang tampak sebagai penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional oleh pasukan keamanan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata tidak dapat diterima dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban,” katanya.
Sumber : CNBC Indonesia