Rencana Eropa memborong gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Indonesia dipastikan pupus. Pasalnya, persoalan transportasi pengiriman menjadi pertimbangan tersendiri bagi RI untuk memasok gas ke Benua Biru itu.
Vice President Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Rayendra Sidik mengakui memang terdapat permintaan LNG RI dari Eropa beberapa waktu lalu. Namun demikian, jarak antara Indonesia ke Eropa menjadi pertimbangan tersendiri.
“Ada (permintaan), tapi tidak ada transaksi, kalau menurut kita terlalu jauh. Cost-nya ini untuk bawanya terlalu jauh,” kata dia ditemui di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Lebih lanjut, Rayendra menilai sejauh permintaan datang dari Korea, Taiwan, Jepang, China pihaknya pasti dapat memenuhi kebutuhan gas. Namun kondisinya berbeda apabila permintaan tersebut berasal dari Eropa.
“Bukan hambatan lah, karena memang lokasinya yang gak pas. Makanya, kalau LNG buyer tradisional yaitu Jepang, Korea, Taiwan, China ya yang di sini-sini aja kapal sampai,” kata dia.
Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko membenarkan bahwa ada beberapa negara-negara Eropa yang meminta untuk menyuplai gas ke negaranya. Hanya saja, bisa dipastikan tidak ada pasokan LNG yang tersisa untuk memenuhi pembeli dari Eropa.
Sekalipun, nantinya proyek seperti Train 3 Kilang LNG Tangguh di Papua Barat beroperasi pada kuartal I 2023 mendatang.
“Yang jelas 2023 gak bisa mencukupi. Kecuali ada tambahan baru gas dari Kalimantan masuk ke LNG Bontang, nah itu mungkin bisa,” ujar Arief saat ditemui di Gedung SKK Migas, Jumat (15/7/2022).
Berdasarkan pemaparannya, setidaknya produksi siap jual (lifting) LNG hingga Semester I-2022 telah mencapai 88,5 kargo. Produksi tersebut berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 50,2 kargo dan sisanya berasal dari Kilang Bontang yakni 38,3 kargo.
Sementara, sepanjang tahun ini total lifting LNG diproyeksikan dapat mencapai 197,6 kargo yang terdiri atas lifting dari kilang Tangguh 116,6 kargo dan sisanya dari Kilang Bontang 81 kargo.
Seperti diketahui, ancaman krisis listrik akibat tersendatnya pasokan gas membuat negara-negara Eropa berburu batu bara maupun gas dari benua lain, termasuk RI.
Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) sempat menyebut jumlah ekspor batu bara Indonesia ke negara-negara Eropa hingga September mencapai 3,5 juta ton sampai 4 juta ton.
Sejumlah negara yang memesan batu bara RI antara lain Polandia, Belanda, Jerman, Spanyol dan Yunani. Bahkan, APBI mencatat ada satu negara Eropa yang juga baru memesan batu bara dari Indonesia yakni Slovenia.
Sumber : CNBC Indonesia