Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar meminta pemerintah bertindak tegas mengatasi membanjirnya produk impor di pasar domestik. Apalagi, kata dia, kondisi saat ini semakin berat, dengan ketidakpastian perekonomian global.
“Ancaman resesi global nyata. Kita fokus ke pasar domestik. Dengan kewajiban TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) untuk proyek-proyek APBD/ APBN yang senilai Rp1.060 triliun. Substitusi bahan baku impor dan produk impor dengan produk-produk dalam negeri,” kata Bobby Gafur kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (28/10/2022).
“Pemerintah harus tegas dengan policy (kebijakan) menjaga pasar domestik untuk produk Indonesia. Seperti permasalahan yang terjadi di industri tekstil,” tambahnya.
Dia menuturkan, saat ini sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) RI tengah menghadapi tekanan akibat penurunan order di pasar ekspor dan dalam negeri.
“Ekspor terjadi penurunan order di kisaran 20-30%. Negara pengekspor tekstil seperti China, Bangladesh, India, Vietnam mencoba pasar baru. Salah satunya yang diincar adalah Indonesia yang mempunyai populasi 237 juta jiwa,” jelas Bobbu Gafur.
“Market lokal sudah mulai digempur oleh produk impor beberapa beberapa bulan terakhir. Sehingga market domestik yang biasanya diisi oleh produsen lokal mulai diambil alih produk impor tekstil,” tukas dia.
Untuk itu, dia meminta pemerintah tegas.
Belum lagi, saat ini kondisi tak menguntungkan bagi sektor TPT.
Utilisasi hulu TPT RI, kata dia, berada di level terendah dalam 5 tahun terakhir.
“Pakaian bekas yang seharusnya dilarang masuk, juga marak dijual di dalam negeri. Pelaksanaan kebijakan yang tegas untuk perlindungan pasar domestik sangat dibutuhkan,” kata Bobby Gafur.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengungkapkan hal senada.
“Produsen TPT dunia mencari pasar baru untuk mengatasi unemployment (pengangguran) di negaranya,” kata Jemmy.
“Kita harus mempertahankan pasar domestik dengan mengedepankan rantai pasok untuk kebutuhan industri di dalam negeri. Dengan menekan impor, mengutamakan pasokan dari pemain hulu lokal untuk industri hilir di dalam negeri. Ini kita harus lakukan dalam masa menuju pemulihan ini,” tambahnya.
Apalagi, imbuh dia, sektor TPT adalah industri padat karya yang sangat rentan. Di mana, daya bersaing TPT Indonesia lebih mudah goyang akibat perekonomian global jika dibandingkan negara produsen TPT lainnya.
Sementara itu, Bobby mengakui, industri di dalam negeri sebenarnya sudah melakukan efisiensi akibat kondisi perekonomian global saat ini.
“Seperti pengurangan jam kerja sudah mulai terjadi. Dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan semakin terbatasnya peluang untuk pertumbuhan, lanjutnya, ancaman PHK tak bisa dihindari,” pungkas Bobby Gafur.
Sumber : CNBC Indonesia