Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap negara Barat tengah menghadapi kehancuran dari hegemoni mereka sendiri dan menyalahkan blok tersebut atas hasutan yang memicu eskalasi perang di Ukraina.
Putin juga menganggap blok Barat yang terdiri dari Amerika Serikat dan sekutu telah memainkan permainan “berbahaya, berdarah, dan kotor” yang menabur kekacauan di seluruh dunia. Ia bahkan menilai dunia saat ini tengah menghadapi era paling berbahaya sejak Perang Dunia II.
Kemarahan Putin ini muncul saat ia berbicara di Valdai Discussion Club dalam sesi “Dunia Pasca-Hegemonik: Keadilan dan Keamanan untuk Semua Orang,” pada Kamis (27/10).
“Periode sejarah dominasi Barat yang tak terbagi atas urusan dunia akan segera berakhir. Kita berdiri di perbatasan sejarah: Di depan mungkin adalah dekade paling berbahaya, tidak dapat diprediksi dan, pada saat yang sama, penting sejak akhir Perang Dunia II,” kata Putin dalam pidatonya.
Mantan mata-mata Rusia berusia 70 tahun itu pun mengatakan “musuh kita, Barat, menghadapi kehancuran yang tak terhindarkan dari hegemoni mereka.”
“Para pemimpin Barat Liberal telah merusak nilai-nilai tradisional”di seluruh dunia, menanamkan budaya dengan puluhan gender, parade gay di negara-negara lain,” ujar Putin menambahkan seperti dikutip Reuters.
Putin pun meyakini bahwa cepat atau lambat pusat-pusat baru tatanan dunia multipolar akan muncul dan Barat tidak lagi mendominasi dunia.
Barat, lanjutnya, harus memulai percakapan dengan Rusia dan kekuatan besar lain soal masa depan demi menjamin perdamaian dunia.
Dalam pidato itu, Putin tidak banyak bicara soal invasinya ke Ukraina. Meski begitu, ia menegaskan Rusia tidak menyesal dengan “operasi militer”-nya ke Ukraina dengan berdalih bahwa invasi Moskow ke negara Uni Soviet itu berjalan sesuai rencana.
Di sisi lain, negara Barat dan intelijen perang semakin yakin pasukan Rusia kewalahan di medan perang Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pasukan Rusia telah gagal melawan pasukan Ukraina di medang perang.
“Presiden [Vladimir] Putin kalah di medan perang. Dia merespon [kekalahan] dengan serangan yang lebih membabi buta di kota-kota Ukraina,” kata Stoltenberg di Markas NATO, Brussel, pada Rabu (25/10).
“[Serangan itu menghantam] warga sipil, infrastruktur kritis dan dengan retorika nuklir yang berbahaya,” imbuh dia lagi.
Stoltenberg menilai setiap pekan pasukan Ukraina semakin kuat dan dilengkapi peralatan yang lebih baik. Ia mengatakan keberhasilan Ukraina di medan perang memberi posisi tawar lebih kuat bagi Kyiv dalam negosiasi apa pun di masa depan.
“Sebagian besar perang berakhir di meja perundingan. Dan pada saat yang sama, kita tahu bahwa apa yang dapat dicapai Ukraina di meja perundingan sepenuhnya bergantung pada kekuatan di medan perang,” jelas Stoltenberg.
Sumber: CNN Indonesia