Tragedi Itaewon Halloween yang terjadi Sabtu (29/10) malam waktu setempat telah menewaskan 154 orang. Rata-rata korban meninggal adalah remaja dan mereka yang berusia 20-an.
Korban meninggal diduga karena mengalami henti jantung, terinjak, hingga kehabisan oksigen. Lantas, apakah henti jantung atau serangan jantung bisa dialami anak muda di usia 20 an?
Dokter spesialis jantung di Rumah Sakit Siloam, Vito Anggarino Damay mengatakan siapa saja bisa terkena henti jantung. Bukan cuma orang tua, di usia muda henti jantung atau dikenal dengan istilah medis cardiac arrest bisa menyerang dan menyebabkan meninggal dunia.
“Cardiac arrest bisa dialami siapa saja. Terutama saat di tempat yang ramai, himpit-himpitan dan tidak ada oksigen. Aliran darah jadi terganggu, makanya bisa kena henti jantung,” kata Vito saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (30/10).
Di tempat ramai dengan kadar oksigen minim, orang yang tidak memiliki riwayat henti jantung juga bisa terkena penyakit ini. Hal ini terjadi karena pasokan oksigen ke tubuh berkurang atau tidak ada sama sekali.
Vito menyebut hal ini sebagai kompresi asfiksia. Kompresi asfiksia adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur. Kondisi ini bisa terjadi jika Anda berada di tengah keramaian, demonstrasi, atau mengalami serangan panik.
“Kalau kasus yang Itaewon itu kan berdesak-desakan, orang ribuan puluhan ribu masuk ke satu jalan yang sama, dan jalannya kecil. Jadi sulit bernapas, oksigen tidak ada, maka terjadilah yang namanya kompresi asfiksia,” jelas Vito.
Kata Vito, saat seseorang berada dalam kondisi berhimpitan, dada akan sulit mengembang. Padahal untuk bernapas dada perlu mengembang dan mengempis.
“Nah ini tidak bisa. Dada orang kegencet depan belakang, mau napas ga bisa karena depan kegencet, belakang juga kegencet,” kata dia soal tragedi Itaewon Halloween.
Ketika hal tersebut terjadi, orang akan kehilangan kesadaran atau pingsan. Namun pingsan yang mereka alami bukan pingsan biasa, tapi pingsan berdiri.
Ketika pingsan, lazimnya orang akan berbaring hingga darah bisa kembali mengalir lancar. Tapi ketika seseorang pingsan berdiri dalam keadaan tergencet, maka aliran darah ke otak tetap tidak lancar.
“Akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit saja matilah orang. Nah ini namanya henti jantung. Cardiac arrest,” jelasnya.
“Orang mungkin akan bilang saya bisa tahan napas satu menit, dua menit. Tapi kalau dalam keadaan ramai, tidak ada oksigen, pasti muncul kepanikan. Ini juga memperburuk kondisi tubuh dalam mendapat oksigen,” kata Vito.
Pengobatan yang tepat untuk orang yang mengalami henti jantung di tengah keramaian adalah mengeluarkan mereka dari tempat ramai tersebut. Setelah berhasil keluar, korban pun harus segera diberi tindakan pertolongan pertama berupa CPR. Hal ini juga berlaku untuk tragedi seperti Itaewon Halloween.
Sumber: CNN Indonesia