Mochamad Iriawan mengatakan keluarganya tidak meminta dia mundur dari jabatan ketua PSSI ketika mendapatkan hujatan dalam Tragedi Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang jadi insiden paling kelam dalam sepak bola Indonesia. Banyak pihak menilai Iriawan sebagai ketua umum PSSI jadi salah satu pihak yang paling bertanggung jawab.
Akan tetapi kengototan Iriawan bertahan di posisi tertinggi di PSSI membuat banyak pihak melontarkan sindiran hingga cibiran.
Iriawan yang akrab disapa Iwan Bule juga mengaku pihak keluarga tidak terusik dengan apa yang dialaminya di PSSI.
“[Keluarga saya] biasa saja. Dibilang terima saja,” ujar Iwan Bule kepada CNNIndonesia.com, Selasa (1/11) malam.
Lantaran tidak terganggu dengan kritik dan cibiran banyak pihak, termasuk suporter, keluarga tidak meminta Iwan Bule mundur dari posisi ketua PSSI.
“Enggak [minta mundur]. Mundur itu bukan menjadi yang terbaik. Saya rasa mundur itu pengecut. Justru kita dengan maju memperbaiki, itu tanggung jawab moral saya. Mundur, mengartikannya sulit,” tutur Iwan Bule.
“Tidak ada parameternya masalah moral itu. Menurut saya, saya menghadapi ini. Saya delapan hari loh di Malang. Delapan hari dari awal sampai hari ke delapan, tahlilan, saya pulang,” kata Iwan Bule menambahkan.
Iriawan mengatakan sampai ditelepon pihak keluarga dan diminta pulang selama lebih dari seminggu di Malang guna memantau situasi Tragedi Kanjuruhan.
“Di sana ditelepon anak istri saya. ‘Pa pulang ini kan situasi di Malang orang masih sedih’. Saya bilang, ‘nak kalau Papa sampai harus dipanggil di sana, ya itu susah waktunya’,” ujar Iriawan.
“Saya juga dulu mengamankan 212, 414, saya korbankan jiwa saya untuk negara. Jadi alhamdulillah keluarga saya mengerti untuk risiko dari seorang ketua PSSI,” ungkap Iriawan melanjutkan.
Sumber: CNN Indonesia