Amerika Serikat meminta sekutu dekat Korea Utara yakni China dan Rusia menagih pertanggungjawaban kepada Pyongyang usai melancarkan provokasi militer di Semenanjung Korea beberapa waktu belakangan.
Permintaan itu diutarakan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price saat melakukan panggilan telepon dengan pejabat Rusia dan China pada Senin (7/11).
“Faktanya kami punya banyak sanksi yang dijatuhkan ke Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK),” kata Price.
Price menerangkan ada serangkaian resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan membahas sanksi peluncuran rudal dan artileri Pyongyang.
Seperti diketahui, Korut tercatat telah menembakkan 80 rudal dalam sepekan terakhir dan mengerahkan puluhan jet tempurnya dalam mode siaga hingga membuat Korea Selatan dan Jepang was-was.
“Kami menyerukan negara anggota PBB, tetapi terutama anggota Dewan Keamanan untuk menegakkan prinsip-prinsip Piagam PBB, prinsip-prinsip sistem PBB, pemilik tatanan internasional,” kata Price seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Rusia dan China merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Desakan Price ini muncul usai Moskow dan Beijing memblokir upaya AS menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Pyongyang dan meloloskan resolusi DK PBB berisikan kecaman terhadap Korut.
AS berusaha menjatuhkan sanksi tambahan dalam pertemuan DK PBB pada Jumat pekan lalu. Namun, rapat ini berakhir tanpa menghasilkan apapun.
Sebabnya, China dan Rusia keberatan dengan rencana peluncuran sanksi dari AS.
“Setiap peluncuran ini mengancam perdamaian dan stabilitas regional, global dan merupakan pelanggaran terhadap banyak resolusi DK PBB yang diadopsi dengan suara bulat oleh dewan,” ujar Price lagi.
“Jadi, anggota, anggota tetap, khususnya Dewan Keamanan [PBB], punya kewajiban khusus.”
Meski demikian, Price menegaskan akan menjalin hubungan dengan mitra di Dewan Keamanan dan terus menunjukkan kepada mereka bahwa Korut bisa menghadapi kecaman internasional.
Pejabat AS itu juga menyatakan keprihatinan dia atas tindakan Pyongyang yang semakin berbahaya dan tak bertanggung jawab.
“[Pyongyang] bahkan melangkah lebih jauh dengan menggambarkan peluncuran misil baru-baru ini dan kegiatan terkait sebagai latihan untuk penggunaan senjata nuklir melawan Korsel, melawan AS juga,” ungkap Price.
Selain itu, Price menyatakan akan terus mencari cara untuk mencegah Pyongyang memajukan program senjata ilegal mereka.
Ia juga akan terus meminta pertanggungjawaban Korut atas tindakan yang dianggap berbahaya dan tak stabil.
“Kami akan terus bekerja sama dengan sekutu kami untuk membatasi kemampuan DPRK memajukan program senjata pemusnah massal dan rudal balistiknya, yang melanggar hukum dan mengancam keamanan regional,” tutur Price.
Korut disebut meluncurkan 80 rudal selama 2-5 November saat AS dan Korsel menggelar latihan militer bersama.
Menurut media pemerintah Korut, KCNA, manuver itu sebagai respons langsung atas provokasi terbuka Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam latihan udara Vigilant Strom di Semenanjung Korea.
Pyongyang kerap menganggap latihan bersama itu sebagai upaya untuk menginvasi negaranya.
Sumber: CNN Indonesia