Korea Selatan membeberkan bukti yang menjadi klaim mereka dan Amerika Serikat bahwa Korea Utara bantu pasok rudal ke Rusia untuk menggempur Ukraina.
Pernyataan itu diungkapkan usai militer Korsel berhasil mengambil puing rudal uji coba Korut yang jatuh di Garis Batas Utara perairan Korsel pekan lalu.
Korut menembakkan sekitar 20 rudal, termasuk rudal balistik antarbenua, dalam uji coba untuk menggertak Korsel. Rudal kurang dari 60 kilometer wilayah perairan Korsel itu mengaktifkan sirene peringatan perang di Pulau Ulleungdo untuk kali pertama sejak 1953.
Para warga di sana pun panik sehingga berhamburan keluar menuju bungker perlindungan dari serangan rudal.
Tes rudal-rudal dilakukan Korut sebagai respons kemarahan Pyongyang atas latihan militer Korsel dan AS beberapa waktu lalu.
Usai uji coba rudal Korut, militer Korsel segera melakukan pencarian puing-puing rudal di laut negara itu. Mereka kemudian menyatakan berhasil menemukan sisa rudal sepanjang tiga meter dengan diameter dua meter itu di kedalaman laut 2.000 meter.
Pada Rabu (8/11), kementerian pertahanan Korsel mengumumkan berhasil mengangkat puing rudal itu untuk dan telah dianalisis serta teridentifikasi sebagai rudal Korut SA-5.
“Rudal SA-5 bisa digunakan sebagai rudal dari darat ke darat,” demikian pernyataan dari kementerian pertahanan Korsel, seperti dikutip dari AFP.
“Rusia baru-baru ini menggunakan rudal dari darat ke udara sebagai rudal darat ke darat yang sama (seperti SA-5) di Ukraina,” lanjut pernyataan itu.
Pengumuman oleh Korsel itu dilakukan sehari setelah Korut menyangkal tuduhan AS bahwa Pyongyang membantu Rusia dengan rudal dan artileri.
Wakil Direktur Urusan Luar Negeri Militer Kementerian Pertahanan Nasional Korut dalam pernyataan resmi memperingatkan agar AS tak menyebar desas-desus tak berdasar.
“Kami menganggap langkah AS seperti itu sebagai bagian dari upaya permusuhan untuk menodai citra DPRK [Korea Utara] di arena internasional,” demikian bunyi pernyataan itu pada Selasa (8/11), seperti dikutip Yonhap.
Tindakan permusuhan itu, menurut mereka, berujung penerapan ‘resolusi sanksi’ ilegal dari Dewan Keamanan PBB (DK PBB) terhadap Pyongyang.
“Kami sekali lagi menjelaskan bahwa kami tak pernah melakukan ‘transaksi senjata’ dengan Rusia dan bahwa kami tak punya rencana untuk melakukan itu di masa depan,” tambah pernyataan itu.
Sumber : CNN Indonesia