Salah satu menteri di kabinet Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak membuat heboh. Kehebohan tersebut alhasil membuatnya terpaksa mundur dari jabatan di kabinet.
Ia adalah Gavin Williamson. Ia mundur meski baru dua pekan menjabat.
Ia tersangkut kasus ancaman kepada anggota parlemen dan mantan rekan kerjanya. Ini bermula saat Lizz Truss terpilih menjadi PM, sebelum Sunak.
Williamson disebut mengirimkan serangkaian pesan teks berisi sumpah serapah ke koleganya di Partai Konservatif (Tory). Termasuk ke mantan petinggi Wendy Morton.
Ia sendiri adalah pendukung Truss kala itu. Ia “menghukum” angora parlemen lain yang tidak disukai Truss dengan mengucilkan mereka di pemakaman Ratu Elizabeth II.
“Ada harga untuk semuanya,” tulis pesannya kala itu, dikutip AFP, Kamis (10/11/2022).
Bukan hanya itu, seorang pegawai negeri senior mengatakan kepada surat kabar The Guardian bahwa Williamson juga kerap menggertak mereka. Ia bahkan menyuruh staff untuk “menggorok leher”.
Williamson sendiri mengaku memang ada banyak tuduhan padanya, terkait perilakunya di masa lalu. Meski membantahnya, ia mengundurkan diri.
“Seperti yang Anda ketahui, ada proses pengaduan yang sedang berlangsung mengenai pesan teks yang saya kirim ke seorang rekan. Ada tuduhan lain yang dibuat tentang perilaku masa lalu saya,” kata Williamson dalam surat pengunduran dirinya.
“Saya membantah karakterisasi klaim ini, tetapi saya menyadari ini menjadi gangguan untuk pekerjaan baik yang dilakukan pemerintah ini untuk rakyat Inggris,” tambahnya.
“Karena itu saya memutuskan untuk mundur dari pemerintah sehingga saya dapat sepenuhnya mematuhi proses pengaduan yang sedang berlangsung dan membersihkan nama saya dari segala kesalahan,” tulisnya lagi.
Williamson sebenarnya bukan baru kali ini terkait skandal. Pria dengan nama lengkap Sir Gavin Alexander Williamson itu, pernah dipecat dua kali sebagai menteri di masa lalu.
Ini terjadi di era mantan PM Theresa May dan Boris Johnson. Saat May memegang kendali, ia diberhentikan karena membocorkan informasi hasil pertemuan Dewan Keamanan Nasional sementara di jaman Johnson jabatannya diberikan ke orang lain setelah dua tahun.
Akibat ancamannya tersebut, lelaki yang lahir 25 Juni 1976 dan kini berusia 46 tahun itu, harus menghadapi tiga penyelidikan. Dua penyelidikan berkaitan dengan laporan Skema Pengaduan dan Pengaduan Independen (ICGS) serta satu merupakan penyelidikan internal.
Sumber : CNBC Indonesia