Hidup di Jakarta, kota metropolitan semakin mahal tahun ini. Belum saja harga sembako turun, ongkos bensin dan transportasi melambung.
Padahal, ada kebutuhan di masa depan atau keinginan yang mengharuskan untuk menabung. Tapi kalau ongkos hidup mahal seperti sekarang dengan gaji UMR Rp4,6 juta hidup di Jakarta, apa bisa menabung?
Hemat bisa menjadi pilihan bagi para Jakartans, sebutan untuk warga Jakarta, di tengah gempuran kenaikan harga. Menghemat tidaklah mudah, tapi jika tidak dilakukan hanya membuat sengsara.
Untuk memulai hemat, bisa dimulai dengan 3M yakni mencatat, menyelidiki, dan mengatur ulang pengeluaran serta pemasukan sehari-hari.
Pertama, mencatat pengeluaran sehari-hari bisa sangat membantu pribadi untuk lebih mengenal seberapa konsumtif atau mengetahui aliran uang. Apa yang dicatat?
Semua pengeluaran mulai yang paling besar seperti membayar cicilan rumah atau uang sewa tempat tinggal, hingga jajan kecil di warung. Setelah dicatat kemudian dikelompokkan ke berbagai pos-pos pengeluaran.
Saat memulai mengelompokkan pos pengeluaran, masuklah ke fase menyelidiki. Dalam proses penyelidikan, kita bisa memetakan pengeluaran ke pos-pos seperti pengeluaran pribadi (biaya makan, biaya sewa tempat tinggal, pulsa dan internet, bensin atau transportasi, dan kebutuhan lainnya).
Kemudian pos hiburan seperti hangout, nongkrong, nonton, hingga traveling. Selanjutnya pos utang yang idealnya 20%-30% dari total pengeluaran.
Idealnya juga harus ada pos-pos seperti dana darurat, tabungan, investasi, dan sosial. Ini untuk memenuhi kebutuhan di masa depan dan akhirat.
Maka dari itu masuk ke fase berikutnya yakni mengatur ulang. Setelah memiliki pemetaan mengenai pos pengeluaran kemudian diatur ulang agar pos tabungan dapat terpenuhi. Syukur-syukur pos dana darurat, investasi, dan sosial bisa dipenuhi juga.
Tentukan prioritas pengeluaran yang paling penting dan carilah alternatif konsumsi. Prioritaskan kebutuhan penting dan rutin seperti biaya transportasi, makan, uang sewa rumah atau kos, dan kuota. Kurangi pengeluaran yang bersifat leisure seperti menonton di bioskop, belanja, nongkrong, staycation atau kebiasaan hiburan lainnya. Menguranginya bisa secara bertahap mulai dari kurangi 20% hingga 30%. Jika bisa mengurangi hingga 50%, pastinya akan sangat bagus.
Mulai sesuaikan gaya hidup dengan keadaan yang ada. Saat awal pasti cukup berat tapi yang perlu diingat adalah hal ini penting untuk dan menjaga keuangan pribadi tetap stabil dan sehat.
Cari alternatif contohnya saja jika biasa menghabiskan Rp 40.000 untuk secangkir kopi, bisa dicari alternatif kedai kopi yang menawarkan harga kopi lebih murah. Lebih ekstrem, bisa sedia kopi kemasan yang bisa dibuat sendiri di kantor maupun rumah.
Contoh lainnya adalah memanfaatkan transportasi umum yang lebih murah. Sehingga bisa menghemat biaya bensin dan parkir.
Hemat juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan diskon atau reward yang ada. Perusahaan e-commerce atau food delivery banyak menawarkan diskon yang menarik. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi pengeluaran. Sebagai catatan, sobat finansial tetap harus menahan diri dan akhirnya tidak boros karena tergiur diskon.
Sumber : CNBC Indonesia