Kepolisian Thailand menggunakan peluru karet dan pentungan untuk mencegat ratusan demonstran yang ingin mendekati lokasi KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Bangkok hingga terlibat bentrok, pada Jumat (18/11).
Penanggung jawab gugus tugas keamanan APEC, inspektur Ashyan Kraithong, mengatakan 350 pengunjuk rasa berdemo di sekitar 10 kilometer dekat lokasi KTT berlangsung. Ia mengatakan sejauh ini aparat telah menangkap sekitar 10 pengunjuk rasa.
“Para pengunjuk rasa melanggar hukum, menyerang petugas polisi secara fisik,” kata Ashyan, menambahkan bahwa lima petugas terluka.
Demo berubah menjadi rusuh ketika para demonstran mulai bergerak menuju Queen Sirikit National Convention Centre tempat KTT APEC berlangsung.
Berdasarkan laporan Bangkok Post, jajaran kepolisian terlihat langsung memblokade pawai para pengunjuk rasa. Aparat pun memerintahkan pedemo, wartawan, hingga warga sekitar yang menonton untuk meninggal tempat unjuk rasa.
Polisi meminta para pengunjuk rasa kembali ke Lan Khin Muang Town Square di depan Balai Kota Bangkok tempat mereka menggelar demo. Pejabat polisi senior menegaskan mereka tidak boleh berpindah dari tempat itu.
Sekitar pukul 10.00 waktu lokal, para inisiator demo berkeras bahwa mereka akan memperluas unjuk rasa dan berpindah tempat. Para pedemo pun mulai mendekati barikade polisi hingga terjadi bentrokan antara kedua belah pihak.
Polisi kemudian menggunakan tameng dan pentungan karet untuk memukul mundur para pedemo. Sementara itu, polisi mengklaim sejumlah pedemo turut melemparkan proyektil ke arah aparat.
Karena pengunjuk rasa ogah mundur, polisi antihuru-hara pun mulai menembakkan peluru karet ke arah pedemo sekitar pukul 10.12 waktu lokal.
“Polisi menembakkan peluru karet ke arah kami ketika kami bahkan tidak memegang senjata apa pun. Kita tidak pernah berniat melakukan kekerasan terhadap mereka. Polisi kemudian memerintahkan kami untuk patuh agar bisa mengajukan tuntutan kami,” ujar seorang aktivis anti-pemerintah Patsaravalee Tanatkivibulpon.
“Ini lah yang terjadi di bawah pemerintahan Jenderal Prayut Chan-o-cha. Polisi tidak punya tulang punggung dan sering menggunakan kekerasan terhadap orang-orang,” paparnya menambahkan.
Patsaravalee menuturkan banyak pedemo juga yang akhirnya terluka karena kekerasan polisi.
KTT APEC dihadiri oleh banyak pemimpin negara di antaranya yakni Presiden RI Joko Widodo, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Presiden Prancis Emmanuel Macron, hingga PM Australia Anthony Albanese.
Selain itu, Presiden FIlipina Ferdinand Marcos Jr dan PM Selandia Baru Jacinda Ardern juga akan hadir dalam KTT tersebut.
Sementara itu, dua pemimpin paling disorot yakni Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri pertemuan tingkat tinggi tersebut.
KTT APEC berlangsung dua hari setelah negara G20 menggelar KTT juga di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November.
Sumber: CNN Indonesia