Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa pihaknya sedang memproses rencana pelarangan dan pembatasan (lartas) impor Bahan Baku Obat (BBO) etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dan antisipasi kembali terjadinya kasus Gangguan Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) pada anak-anak di Indonesia. Diketahui, kasus yang telah menyebabkan 324 anak terjangkit gagal ginjal akut dan 200 anak meninggal tersebut diakibatkan oleh cemaran EG dan DEG pada obat sirup.
“Kita sekarang sedang proses yang nanti akan dituangkan dalam regulasi. Dari Bea Cukai sendiri sudah akan dilakukan, diberikan kepada BPOM kewenangan itu,” jelas Plt. Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor BPOM, Togi Junice Hutadjulu melalui gelar wicara virtual, Kamis (24/11/2022).
Togi mengatakan, apabila BPOM memiliki kewenangan tersebut, badan ini akan menjalankan peran krusial dalam menentukan bahan baku apa saja yang boleh masuk ke Indonesia untuk selanjutnya digunakan oleh industri farmasi dalam proses produksi obat.
“Jadi nanti kita BPOM akan memberikan surat keterangan impor, baru nanti akan dirilis Bea Cukai,” sebut Togi.
“Jadi sepertinya sudah ada kesepakatan itu dan mudah-mudahan dalam waktu dekat akan ditindaklanjuti,” lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala BPOM, Penny K. Lukito mengakui bahwa importasi bahan baku pelarut obat, yaitu EG dan DEG belum masuk ke dalam kategori lartas. Faktor tersebut membuat BPOM tidak dapat mengawasi proses importasi BBO. Terlebih, BBO masuk melalui Kementerian Perdagangan.
“Ini masuk tidak lewat Badan POM, tapi melalui Kementerian Perdagangan-non larangan dan pembatasan. Jadi tidak melalui surat keterangan impor Badan POM,” kata Penny saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Rabu (2/11/2022) lalu.
Namun, Penny mengatakan bahwa BPOM akan bekerja sama dengan kementerian terkait untuk mempercepat proses perubahan aturan tersebut agar sistem keamanan dan mutu obat dapat terjamin dan terjaga dari hulu ke hilir.
Sumber : CNBC Indonesia