Menyisakan makanan tampaknya sudah jadi kebiasaan banyak orang. Padahal, ada bahaya sampah makanan yang bisa berdampak pada banyak hal.
Sisa makanan rasanya bisa ditemukan di mana-mana. Mulai dari restoran, jajanan kaki lima, hingga di rumah.
Sampah makanan kerap disepelekan dan dianggap mudah terurai karena termasuk sampah basah yang alami. Padahal, sampah makanan sama berbahayanya dengan sampah plastik, terutama terhadap lingkungan.
Co-Founder & COO Garda Pangan, Dedhy Bharoto Trunoyudo mengatakan ketidaktahuan akan isu sampah makanan membuat sebagian besar orang Indonesia hobi menyisakan makanan. Bahkan, menyisakan makanan sudah jadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
“Mereka mengira kalau makanan tidak habis itu, ya, cepat terurai, bisa jadi kompos dengan cepat, tidak merusak lingkungan. Padahal, tidak sesederhana itu. Sampah makanan juga berbahaya,” kata Dedhy dalam konferensi pers yang digelar di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis (25/11).
Makanan sisa atau sampah makanan memang bisa terurai. Namun, prosesnya tetap memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Bahaya Sampah Makanan
Tapi yang perlu diingat adalah bahwa sampah makanan juga bisa menghasilkan zat berbahaya bernama metana. Munculnya metana ini jadi salah satu bahaya sampah makanan.
Bahkan, kata Dedhy, saking bahayanya, sampah makanan bisa meledak dan menghasilkan masalah penyakit dan lingkungan yang cukup serius.
“Orang tahunya sampah makanan terurai, padahal tidak. Ingat kasus TPA Leuwigajah. Meledak bukan karena sampah plastik, tapi sampah makanan,” jelasnya.
Lantas, apa saja dampak buruk sampah makanan yang ditumpuk terlalu banyak?
1. Merusak iklim
Jejak karbon dari makanan sisa bisa mempercepat perubahan iklim. Hal ini terjadi karena banyaknya makanan yang dibuang saat ini setara dengan 3,3 miliar ton emisi gas rumah kaca.
Menukil laman Conserve Energy, sebuah penelitian menemukan bahwa limbah makanan adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga.
Salah satu alasannya, karena gas metana yang dihasilkan oleh makanan, dibuang sebagai limbah. Kondisi ini semakin memperparah perubahan iklim dan pemanasan global.
2. Pemborosan 1/3 luas lahan subur dunia
Makanan yang diproduksi tetapi tidak dikonsumsi hampir mencakup sekitar 1,4 miliar hektar lahan, yang merupakan hampir 1/3 dari lahan pertanian di planet ini.
Hal ini sama saja dengan menyia-nyiakan 30 persen tanah subur yang dapat digunakan untuk tujuan lain.
3. Jejak air biru
Volume air yang digunakan dalam produksi pangan pertanian sangat besar. Oleh karena itu, jika 30 persen dari semua makanan yang diproduksi terbuang sia-sia, berarti lebih dari 30 persen air tawar yang terbuang sia-sia.
4. Meledak
Gas metana yang bisa dihasilkan sampah makanan lebih berbahaya dari CO2 atau karbondioksida. Penumpukan gas metana berpotensi memicu terjadinya ledakan.
Demikian beberapa bahaya sampah makanan untuk lingkungan. Mulai sekarang, sebisa mungkin setop kebiasaan menyisakan makanan yang terbuang sia-sia.
Sumber: CNN Indonesia