Presiden Rusia Vladimir Putin membuka kemungkinan negaranya mengubah doktrin militer soal penggunaan senjata nuklir dalam konflik.
Sebelumnya, doktrin militer Rusia menyebut senjata nuklir hanya akan digunakan sebagai upaya terakhir. Namun, hal itu katanya dapat berubah.
Ini merupakan kedua kalinya Putin menyampaikan hal tersebut dalam pekan ini. Beberapa hari sebelumnya, ia sempat memperingatkan soal ancaman perang nuklir yang meningkat.
“Mereka (AS) memilikinya dalam strategi mereka, dalam dokumen-dokumen itu dijabarkan, sebuah pukulan preventif. Kami tidak, kami di sisi lain, telah merumuskan serangan balasan dalam strategi kami,” kata Putin sebagaimana dikutip dari CNN, Jumat (9/12).
“Bahkan, kata dia, apabila Rusia segera membalas serangan nuklir ke arah mereka. Jatuhnya hulu ledak rudal musuh di wilayah Federasi Rusia tidak dapat dihindari, mereka akan tetap jatuh,” katanya.
Putin menambahkan kebijakan Amerika Serikat tidak mengecualikan penggunaan nuklir untuk ‘melucuti’ serangan nuklir. Sementara, Rusia sejak awal menggunakan senjata nuklir sebagai upaya terakhir.
“Jika kita berbicara tentang serangan pelucutan senjata, maka mungkin sebaiknya kita mengadopsi praktik terbaik dari mitra Amerika kita dan ide untuk memastikan keamanan mereka. Kami hanya memikirkannya. Mereka secara terang-terangan membicarakan ini dengan lantang pada tahun-tahun sebelumnya,” ujar Putin.
“Jika musuh potensial percaya penggunaan teori serangan preventif memungkinkan, dan kami tidak melakukannya, maka ini membuat kami berpikir ulang tentang ancaman yang ditujukan kepada kami,” tambahnya.
Pejabat di sekitar Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengatakan bahwa Rusia sudah diperingatkan tentang konsekuensi penggunaan senjata nuklir dalam perang.
Putin pada Rabu lalu sempat memperingatkan tentang ‘meningkatnya’ ancaman perang nuklir. Meski demikian, ia juga tidak berjanji Rusia tidak akan menjadi negara pertama menggunakan senjata nuklir di dalam konflik.
“Gagasan bahwa Rusia tidak menggunakan senjata seperti itu terlebih dulu dalam keadaan apapun, maka itu berarti kami juga tidak akan bisa menjadi yang kedua untuk menggunakannya, karena kemungkinan serangan ke wilayah kami,” katanya.
Perang Rusia-Ukraina masih terus berkecamuk. Pasukan Rusia terus menyerang bagian timur dan selatan Ukraina.
Senin kemarin, Rusia juga kembali melepaskan gelombang serangan drone dan rudal yang menargetkan infrastruktur energi di seluruh Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan serangan itu menyebabkan pemadaman lsitrik di beberapa daerah, termasuk Kyiv dan Odesa.
Di sisi lain, salah seorang pejabat Rusia mengatakan infrastruktur militer mereka menjadi sasaran serangan drone pada minggu ini. Kementerian Pertahanan Rusia menuding Ukraina ada di balik serangan tersebut.