Komite Kehakiman Amerika Serikat mengadakan sidang untuk menyelidiki skandal tiket yang melibatkan Ticketmaster serta perusahaan induknya, Live Nation, yang diduga memegang monopoli dalam industri tiket.
Para ahli mengatakan Ticketmaster menguasai lebih dari 70% pangsa pasar layanan tiket untuk konser besar di Amerika Serikat.
Skandal ini bermula dari ungkapan frustrasi penggemar musik yang memuncak pada November lalu ketika mereka gagal mendapatkan tiket konser Taylor Swift ‘The Eras Tour’ selama masa presale. Perusahaan distribusi dan penjualan tiket Amerika Serikat itupun akhirnya membatalkan penjualan umum untuk tiket konser The Eras Tour.
Ticketmaster mengatakan ada kendala yang mereka alami sehingga belasan juta penggemar kesulitan untuk membeli tiket konser yang terbagi menjadi 52 pertunjukan.
Selama audiensi, Presiden Ticketmaster meminta maaf kepada penggemar Taylor Swift. Menurutnya, kendala pembelian tiket konser terjadi karena ada serangan bot.
“Kami meminta maaf kepada para penggemar, kami meminta maaf kepada Ms. Swift, kami perlu melakukan yang lebih baik dan kami akan melakukannya dengan lebih baik,” ucap Joe Berchtold, presiden dan kepala keuangan Live Nation, saat sidang Komite Kehakiman Senat AS pada Selasa (24/1/2023), dikutip dari CNET.
Sementara itu, Senator Demokrat, Richard Blumenthal dari Connecticut, menyarankan agar Ticketmaster melihat ke cermin dan berkata, ‘It’s me, the problem is me,'” yang merujuk pada potongan lirik lagu Taylor Swift berjudul Anti Hero.
Dalam sebuah pernyataan pada saat kekacauan itu, Swift mengaku kecewa atas manajemen tiket konser yang berantakan sehingga menyulitkan penggemar. Penyanyi berusia 33 tahun itu bahkan menggambarkan hal tersebut sebagai hal yang menyiksa.
Meskipun persidangan membahas kasus Taylor Swift, sidang ini lebih berfokus pada dugaan monopoli yang dilakukan Ticketmaster. Senator Demokrat Amy Klobuchar mengatakan bahwa tidak ada transparansi ketika tidak ada yang tahu siapa yang menetapkan biaya.
Sumber : CNBC Indonesia