Banjir dan longsor terjadi sejak Jumat (27/1) kemarin di Kota Manado Sulawesi Utara.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan terdapat lima korban meninggal dunia imbas bencana banjir dan tanah longsor di Manado. 400 rumah yang terendam air dipantau langsung oleh BNPB.
Untuk itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bersama timnya melakukan pemantauan kondisi terkini ke Kota Manado, Sulawesi Utara.
Selain melihat langsung situasi pasca banjir dan tanah longsor, kunjungan per hari ini, Sabtu (28/1), bertujuan untuk memastikan jalannya penanganan darurat bencana.
“Untuk melihat langsung seperti apa kondisi terkini sekaligus guna memastikan penanganan darurat ini dilakukan dengan baik dan mengutamakan keselamatan masyarakat,” ujar Suharyanto dari laman BNPB, Sabtu (28/1).
Dia melanjutkan, pihaknya bakal meninjau lokasi terdampak dan juga untuk memberikan bantuan berupa Dana Siap Pakai (DSP).
Di luar itu, bantuan lain yang akan disalurkan pada para pengungsi mayoritas berbentuk logistik dan peralatan harian, seperti 2.000 selimut, 1.000 matras, 1.000 terpal, 25 tenda ukuran 3×4 dan 25 tenda ukuran 4×4.
Sejauh ini, banjir di Manado telah merendam kurang lebih 400 rumah di 34 desa/kelurahan dan 9 kecamatan.
3.013 Kepala Keluarga (KK) alias 9.382 jiwa terdampak genangan banjir hingga merenggut satu korban jiwa.
Empat korban jiwa lainnya diakibatkan tanah longsor. 63 KK di beberapa titik di 22 desa/kelurahan dan 7 kecamatan terdampak. Terdapat dua korban yang mengalami luka ringan dalam bencana ini.
Sebelumnya, banjir yang juga menelan korban jiwa terjadi di Aceh. Kedua korban dilaporkan terseret derasnya arus banjir di Desa Landuh, Kecamatan Rantau dan Desa Batang Ara, Kecamatan Bandar Pusaka.
Korban tewas di Desa Landuh ialah balita laki-laki sementara korban tewas dari Desa Batang merupakan seorang kakek berusia 82 tahun.