Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi dengan angka stunting tertinggi, yaitu dengan prevalensi 35,3 persen.
Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badannya berada di bawah standar.
Data stunting di Indonesia diperoleh berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Khusus NTT, data diperoleh melalui perhitungan prediksi menggunakan metode Small Area Estimation (SAE) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sementara itu, Bali menjadi provinsi dengan angka prevalensi stunting terendah, yaitu 8 persen.
Secara nasional, angka stunting menurun menjadi 21,6 persen.
“Angka stunting untuk tahun 2022 ini turun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen. Jadi, turun sebesar 2,8 persen,” sebut Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes, Syarifah Liza Munira dalam konferensi pers hasil SSGI 2022 di Jakarta, Jumat (27/1/2023).
Berikut 5 provinsi dengan angka stunting tertinggi pada 2022.
- Nusa Tenggara Timur (35,3 persen)
- Sulawesi Barat (35 persen)
- Papua (34,6 persen)
- Nusa Tenggara Barat (32,7 persen)
- Aceh (31,2 persen)
Turunnya angka prevalensi stunting pada 2022 terjadi karena pemerintah memfokuskan sejumlah intervensi spesifik stunting pada masa sebelum kelahiran dan anak usia enam sampai 23 bulan, yaitu screening anemia, konsumsi obat tambah darah remaja putri, pemeriksaan kehamilan, konsumsi obat tambah darah ibu hamil, hingga pemberian MPASI kaya protein hewani bagi anak di bawah usia dua tahun.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional. Dengan demikian, pemerintah menargetkan angka stunting menurun jadi 14 persen pada 2024.
“Dari yang kami perhitungkan, untuk dapat mencapai 14 persen di tahun 2024 perlu penurunan secara rata-rata 3,8 persen per tahun,” sebut Syarifah terkait target pemerintah.
Sumber : CNBC Indonesia