Konsultan pengorganisasian yang terkenal asal Jepang, Marie Kondo, mengaku telah sedikit menyerah dalam beres-beres. Alasan dirinya menjadi tidak terlalu sering merapikan rumah akhir-akhir ini adalah anak-anak.
Sikap pencipta Metode KonMari untuk merapikan barang-barang ini berubah setelah dia dan suaminya, Takumi Kawahara, menyambut anak ketiga mereka, seorang putra, pada tahun 2021 lalu.
“Sampai sekarang, saya adalah seorang tukang rapi profesional, jadi saya melakukan yang terbaik untuk menjaga rumah saya tetap rapi setiap saat. Sekarang saya menyadari apa yang penting bagi saya adalah menikmati menghabiskan waktu bersama anak-anak saya di rumah,” katanya dalam acara webinar dan upacara minum teh virtual
“Rumah saya berantakan, tetapi cara saya menghabiskan waktu adalah cara yang tepat untuk saya saat ini di tahap hidup saya ini,” ujar ibu dari anak perempuan bernama Satsuki (7) dan Miko (6) ini, sebagaimana dilaporkan The Washington Post, dikutip Minggu (29/1/2023).
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal pada 2017 silam, Marie mengaku berusaha keras untuk mengatur rumahnya untuk mempersiapkan bayinya. Hal ini dilakukannya saat mengandung putri pertamanya.
“Ketika kami mengetahui kami memiliki anak, saya dan suami saya pergi ke festival decluttering dengan meninjau barang-barang yang kami miliki,” katanya. “Dan kami membahas berapa banyak ruang – misalnya, berapa banyak laci -kami bisa memberikannya kepada putri kita.”
Pada tahun 2016, Marie juga memberi tahu Good Housekeeping bahwa setelah Miko lahir, dia mengaku jadi lebih santai soal kerapian rumah. “Terutama karena waktu saya jauh lebih terbatas dan [mengingat] banyaknya hal yang meningkat,” jelasnya.
Meski begitu, Marie tetap mendorong anak-anaknya untuk membantunya menjaga kerapian rumah mereka. Bahkan anak-anaknya tersebut diajari cara melipat pakaian.
“Anak-anak adalah pengamat yang sangat dekat jadi saya mencoba membuatnya agar mereka bisa melihat saya melipat pakaian,” katanya kepada Associated Press pada 2018. “Dari waktu ke waktu saya memang merasa cemas. Itu tidak 100 persen. Itu tidak sempurna.”
Sumber : CNBC Indonesia