Beberapa waktu belakangan ini, viral istilah body count di TikTok. Istilah tersebut ramai diperbincangkan oleh warganet setelah populernya konten yang menanyakan berapa jumlah body count seseorang.
Dalam konten tersebut, sejumlah kreator konten TikTok terlihat memberhentikan orang asing di jalanan hanya untuk menanyakan berapa jumlah body count orang-orang tersebut. Konten itu pun sontak mengundang kontra karena dianggap sebagai pelanggaran privasi seseorang. Selain itu, konten tersebut dianggap sebagai hal yang buruk dan tidak pantas untuk viral, bahkan diciptakan.
Sebenarnya, apa itu body count?
Dilansir dari HITC, istilah body count mengacu pada dua makna, yaitu jumlah orang yang meninggal akibat beberapa situasi, seperti perang, bencana alam, atau kecelakaan dan jumlah orang yang pernah berhubungan seksual dengan seseorang.
Di TikTok, makna body count yang digunakan adalah jumlah orang yang pernah berhubungan seksual dengan seseorang. Sebagian besar orang menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang ‘haram’ untuk ditanyakan karena menyangkut privasi.
Dilansir dari Medical News Today, The English Longitudinal Study of Aging menemukan bahwa memiliki banyak jumlah body count atau memiliki banyak pasangan seksual dapat meningkatkan risiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS).
Para peneliti menyebutkan, memiliki 10 atau lebih pasangan seks seumur hidup dapat meningkatkan risiko terdiagnosis kanker, seperti kanker serviks, kanker mulut, kanker anus, kanker penis, hingga kanker prostat. Selain kanker, pemilik banyak jumlah body count juga berisiko untuk terjangkit hepatitis B, hepatitis C, human papillomavirus (HPV), hingga HIV/AIDS.
Selain risiko fisik, kebiasaan bergonta-ganti pasangan seks juga dapat berdampak pada emosi seseorang. Survey British National Survey of Sexual Attitudes and Lifestyles pada 2017 mengkaji faktor yang mempengaruhi penurunan gairah seks di antara 6.669 perempuan dan 4.839 laki-laki berusia 16-74 tahun.
Ditemukan, wanita dengan tiga atau lebih pasangan seksual, atau lebih banyak body count pada tahun sebelumnya cenderung melaporkan tingkat minat seksual yang lebih rendah, dibandingkan wanita dengan hanya satu pasangan seks pada periode tersebut.
Sumber : CNBC Indonesia