Mikroplastik yang terkandung pada masker sekali pakai membuat sebagian besar masyarakat khawatir akan dampaknya terhadap kesehatan. Mikroplastik pada masker sekali pakai dikhawatirkan dapat memicu kerusakan pada paru-paru.
Untuk menepis kekhawatiran itu, para ahli pun turun tangan. Dan menyebutkan, hasil penelitian mereka menunjukkan, hanya dengan memakai masker tidak akan memicu kerusakan paru-paru. Sebab, mikroplastik tidak bisa masuk paru-paru hanya bernapas melalui masker.
“Bukan pemakaian masker yang menyebabkan kerusakan paru-paru, tetapi mikroplastik yang tersisa setelah masker dibuang,” ungkap salah satu pejabat di Institut Toksikologi Korea, Yoo Byung-ah, dikutip dari The Korea Herald, Kamis (2/2/2023).
Yoo mengatakan, masker sekali pakai perlu terpapar kelembapan dan sinar ultraviolet beberapa dekade untuk dapat terurai menjadi mikroplastik.
Sementara itu, kepala tim peneliti toksisitas inhalasi di bawah Korea Institute of Toxicology (KIT), Lee Kyu-hong yang melakukan penelitian terkait dampak masker dan produk plastik yang dibuang pada manusia dan alam di masa depan mengatakan, saat ini masyarakat di dunia tidak menghirup mikroplastik dari masker.
“Saat ini, orang-orang menghirup mikroplastik yang dibuang di masa lalu [bukan pada masker sekali pakai yang digunakan],” sebut Lee.
“Kita perlu mempertimbangkan dampak masa depan dari peningkatan penggunaan plastik yang luar biasa selama periode pandemi COVID-19 ini,” lanjut Lee.
Sebelumnya, anggapan mikroplastik pada masker sekali pakai dapat terhirup dan membahayakan paru-paru manusia muncul akibat studi yang dipublikasikan oleh Institut Toksikologi Korea, padahal studi tersebut meneliti dampak mikroplastik dari masker sekali pakai pada hewan.
Yoo mengatakan, studi ini tidak mengukur dampak pemakaian masker di dunia nyata.
Sebagai gantinya, para peneliti menjatuhkan bahan utama dalam masker, partikel mikroskopis polypropylene ke saluran udara hewan. Ini menyebabkan peradangan dan kerusakan di paru-paru mereka.
Sumber : CNBC Indonesia