Polisi Norwegia pada hari Kamis (2/2) melarang rencana aksi protes anti-Islam termasuk pembakaran Al-Qur’an pada minggu ini untuk alasan keamanan, beberapa jam setelah kementerian luar negeri Turki memanggil duta besar Norwegia.
Sekelompok pengunjuk rasa berniat untuk membakar salinan Al-Qur’an di depan Kedutaan Besar Turki di Oslo.
“Polisi menekankan bahwa pembakaran Al-Qur’an adalah pernyataan politik yang sah di Norwegia, tapi aksi ini tidak dapat dilanjutkan karena masalah keamanan,” kata Inspektur Polisi Oslo, Martin Strand, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (3/2).
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Duta Besar Norwegia di Ankara terkait rencana protes tersebut.
“Setelah mengetahui bahwa akan ada serangan terhadap kitab suci kami, di Norwegia, Duta Besar Norwegia untuk Turki baru saja dipanggil,” sebut pernyataan dari Kemlu Turki.
“Pendekatan Norwegia untuk tidak mencegah tindakan provokatif yang direncanakan, yang jelas merupakan kejahatan rasial, tidak dapat diterima, dan kami harap tindakan tersebut tidak diizinkan,” lanjut pernyataan itu.
Sementara itu, tujuh negara Eropa dilaporkan telah menutup konsulat mereka di Istanbul terkait dengan masalah keamanan. Namun, Konsulat Amerika Serikat yang tidak berlokasi di pusat kota Istanbul, tetap buka.
Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto menyebut kemungkinan ada campur tangan Rusia dalam insiden pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan politikus sayap kanan Rasmus Paludan di Swedia dan Denmark baru-baru ini.
“Ada potensi hubungan Paludan dan Rusia yang telah ditemukan,” kata Haavisto.
Jika benar ada keterlibatan Rusia di dalamnya, Haavisto menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa dimaafkan.