Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China kian panas dan berpotensi mencapai titik konflik yang keras menyusul insiden penembakan balon China yang diduga kuat sebagai alat mata-mata.
Kini AS mempertimbangkan akan menjatuhkan sanksi kepada entitas China yang terlibat dalam insiden balon mata-mata di wilayahnya.
Biro Pentelidikan Federal (FBI) memimpin penyelidikan untuk menentukan fungsi dan peran yang dijalankan balon tersebut. Balon tersebut ditembak jatuh oleh jet tempur F-22 pada akhir pekan lalu di lepas Pantai Timur AS.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengatakan, pihaknya sedang menjajaki untuk memberi sanksi kepada pihak yang terkait dengan militer China. Mereka dianggap memberi dukungan atas penerbangan balon mata-mata ke wilayah AS.
Menurut juru bicara deplu, produsen balon China diyakini memiliki hubungan langsung dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Hal senada disampaikan Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean Pierre. Pihaknya mempertimbangkan akan mengambil tindakan terhadap China. Meski demikian pemerintah AS belum memastikan bentuk tindakan tersebut.
Dia menegaskan, AS juga mempertimbangkan langkah-langkah guna mengantisipasi aktivitas mata-mata China lebih luas yang bisa menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional AS, sekutu, serta negara mitra lainnya.
Sementara itu FBI menyatakan sejauh ini hanya mendapat bukti fisik terbatas dari balon tersebut dan belum memiliki informasi cukup untuk mengetahui perannya. Petugas FBI mengambil puing-puing balon dari laut setelah ditembak jatuh menggunakan rudal.
“Bagi kami, ini masing sangat awal dalam proses, bukti yang ditemukan dan dibawa ke FBI sangat terbatas,” kata seorang pejabat biro penyelidikan tersebut.
Seorang pejabat FBI mengatakan, belum mendapatkan sebagian besar “muatan” balon. Sebagian barang elektronik pada balon sudah dibawa, namun yang lainnya diperkirakan tenggelam di laut.