YouTuber asal Israel, Nuseir Yassin belum lama ini memicu kontroversi setelah mengunggah video yang mengatakan bahwa Bali adalah The Whitest Island in Asia atau pulau paling ‘putih’ di Asia.
Dalam melalui video yang diunggah melalui akun Instagram resminya (@nasdaily), Nas mengatakan bahwa Bali sukses mencuri perhatian dunia barat. Ada empat alasan yang dijabarkan oleh YouTuber berusia 31 tahun itu, yakni kekayaan alam Bali, keramahtamahan yang baik, harga barang dan jasa yang terjangkau, dan penggunaan sepeda motor.
Video berdurasi 1 menit 30 detik itu pun sontak mengundang kecaman dari warganet Indonesia dan asing, terutama bagi para pelancong. Sebagian besar warganet menganggap video opini tersebut tidak merepresentasikan Bali secara keseluruhan. Sebab, banyak permasalahan sosial-ekonomi yang terjadi pada penduduk setempat.
Lantas, seperti apa sebenarnya kehidupan penduduk asli Bali selain yang digambarkan para turis? Berikut 4 fakta hidup di Bali yang ternyata tidak seindah konten di media sosial.
1. UMP dan UMK Rendah
Bali adalah salah satu destinasi pariwisata andalan Indonesia. Sudah bukan rahasia lagi kalau Bali menjadi tujuan utama para wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) untuk berlibur atau sekadar healing.
Namun, di balik banyaknya wisatawan yang berkunjung, masyarakat Bali tidak memperoleh pendapatan yang sepadan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 847/03-M/HK/2022 tanggal 24 November 2022 tentang Upah Minimum Provinsi (UMP) Bali Tahun 2023, UMP Bali pada 2023 ‘hanya’ Rp2.713.672.
Ni Putu Ayu Maharani, mengaku bahwa sebagian besar masyarakat Bali memang mengalami permasalahan ekonomi, terlebih bila mengacu pada UMP yang ditetapkan dan banyaknya kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi.
Sebagai resepsionis di salah satu spa tradisional Bali, Ayu menerima gaji pokok sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) Kabupaten Badung, yakni Rp3.163.837. Namun, ia juga memperoleh bonus service tergantung jumlah pelanggan yang datang.
“Service 0,5 persen,” ujar Ayu kepada CNBC Indonesia, Jumat (10/2/2023).
2. Mahalnya biaya Persembahyangan Sehari-hari
Mayoritas masyarakat Bali menganut agama Hindu. Sebagai informasi, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan sembahyang tiga kali sehari (mebanten) menggunakan canang tangkih atau canang berbentuk kotak.
Biasanya, umat Hindu membeli canang tersebut bila keluarga memilih untuk tidak membuatnya secara mandiri. Biaya yang dikeluarkan per hari untuk kebutuhan persembahyangan pun berbeda-beda, tergantung jumlah anggota keluarga.
Ni Made Dewi Kamala Putri mengaku, kebutuhan persembahyangan umat Hindu sehari-hari dinilai cukup mahal. Sebab, keluarganya bisa menghabiskan ratusan ribu dalam sehari untuk membeli sarana persembahyangan.
“Kalo harian habis sekitar Rp120 ribu sampai Rp150 ribu untuk mebanten canang harian,” sebut Kamala.
Dengan demikian, keluarga Kamala bisa mengeluarkan biaya hingga sejuta dalam seminggu untuk sembahyang harian.
Sementara itu, berbeda dengan Kamala, keluarga Gung Ayu Mas Manik Mertha justru hanya mengeluarkan biaya Rp25 ribu perhari untuk membeli 20 canang tangkih. Namun, biaya tersebut diluar sarana lainnya.
“Kalau kita (keluarga) beli 20 canang bisa Rp25 ribuan, sih, murah saja. Biasanya ditambah permen atau makanan-makanan kecil untuk diatur di bawah lebuh atau sanggah masing-masing,” ujar Gung Ayu kepada CNBC Indonesia, Jumat (10/2/2023).
3. Biaya Upacara Keagamaan Mahal
Selain alam dan makanan, salah satu daya tarik para wisatawan Bali adalah adat istiadat masyarakat Hindu, termasuk upacara keagamaan.
Umat Hindu di Bali memang sering melaksanakan upacara keagamaan, seperti Ngaben, Melasti, Hari Raya Saraswati, Hari Raya Nyepi, Hari Raya Galungan, Hari Raya Kuningan, hingga Hari Raya Pagerwesi.
Namun, di balik daya tarik dan kemegahan setiap rangkaian upacara, umat Hindu di Bali harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk melaksanakannya. Sebagai contoh, upacara Ngaben atau pembakaran jenazah dapat menghabiskan biaya dari Rp20 juta hingga di atas Rp150 juta tergantung kasta dari anggota keluarga yang meninggal. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga berbeda-beda tergantung setiap daerah. Sebagai informasi, rangkaian pelaksanaan Ngaben bisa berlangsung lebih dari tujuh hari.
Sementara itu, biaya upacara hari raya juga bervariasi, yaitu berkisar Rp500 ribu hingga di atas Rp5 juta.
Selain hari raya, umat Hindu di Bali juga melaksanakan upacara Odalan atau Piodalan. Upacara Odalan adalah upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi pada sebuah pura atau tempat suci. Sama seperti upacara lainnya, biaya yang diperlukan untuk Odalan pun berbeda-beda, yaitu sekitar Rp5 juta hingga Rp15 juta
“Kita, kan, odalannya banyak, ya. Ada yang pribadi di rumah, ada yg di sanggah keluarga, dan ada di pura keluarga. Kalau di rumah paling untuk banten sekitar Rp5 juta sampai Rp7 juta,” ungkap Kamala.
Berbeda dengan Kamala, Ayu Alicia mengungkapkan bahwa keluarganya selalu menggelontorkan biaya sekitar Rp15 juta untuk sekali pelaksanaan upacara odalan.
“Sebenarnya berbeda-beda setiap keluarga, tapi keluargaku selalu Rp15 juta,” sebut Alicia kepada CNBC Indonesia, Jumat (10/2/2023).
Sumber : CNBC Indonesia