Tentara bayaran Wagner Group yang bekerja untuk pasukan Rusia jadi sorotan masyarakat global lantaran kekejaman di medan tempur Ukraina. Wagner Group merangsek ke Ukraina sekitar sebulan usai Rusia melancarkan invasi di negara itu.
“Kelompok milisi lain yang terkait dengan Yevgeny Prigozhin, propagandis Rusia yang dekat dengan Putin dan pemilik [Wagner], mulai tiba di Ukraina hari ini,” demikian menurut Intelijen Ukraina, seperti dikutip Eurasian Times pada Maret 2022.
Namun, Kremlin bukan satu-satunya yang memakai tentara bayaran. Amerika Serikat disebut-sebut pernah melakukan hal serupa dengan mengerahkan pasukan kombatan bayaran Blackwater yang juga terkenal brutal saat perang di Irak.
Pada perang Ukraina, sejauh ini belum terdapat indikasi nyata pertempuran antara Wagner Group dan Blackwater AS.
Melansir cnnindonesia.com, berikut perbandingan kekuatan hingga kebrutalan Wagner vs Blackwater.
- Wagner Group
Pasukan kombatan bayaran Wagner terus menjadi sorotan karena dugaan kebrutalan mereka di Ukraina.
Belakangan, beredar video yang berisi tentara Wagner mengeksekusi pembangkang. Dalam rekaman itu, tampak seseorang membawa palu godam dan memukul kepala sang pembangkang.
Menanggapi video itu, Bos Wagner Yevgeny Prigozhin hanya mengatakan prajuritnya tengah bersenang-senang.
Rusia mengirim tentara Wagner sebulan setelah invasi. Pengamat dari lembaga think tank AS Atlantic Council, Sean McFate, mengatakan tujuan pasukan bayaran itu untuk menciptakan ketakutan.
“[Tujuan mereka] menyebabkan kekacauan, menimbulkan ketakutan, tak mengkhawatirkan kerusakan tambahan atau hak asasi manusia, menjadi sebrutal yang diperlukan, dan menjadi pandai dan licik sesuai kebutuhan”, kata McFate, seperti dikutip iNews.
Beberapa bulan lalu, Wagner juga merekrut narapidana untuk membantu pasukan Rusia di Ukraina.
Wagner didirikan mantan tentara Rusia Dmitry Utkin sebagai organisasi militer swasta pada 2014.
- Blackwater
AS disebut-sebut pernah mengerahkan tentara Blackwater saat menduduki Irak pada 2003. Di Irak, mereka melepas tembakan tanpa pandang bulu, konvoi kendaraan lapis baja, meluncurkan granat, dan menembak kerumunan orang di alun-alun ibu kota.
Mereka juga terlibat dalam pembantaian Nisour Square pada 2007. Setelah insiden tersebut, komunitas internasional ramai-ramai mengecam penggunaan tentara bayaran dalam perang
Empat tentara Blackwater kemudian harus menjalani hukuman penjara karena membunuh 14 warga sipil termasuk dua anak, demikian dikutip The Guardian.
Mereka yakni Paul Slough, Evan Liberty, Dustin Heard, dan Nicholas Slatten. Slatten dijatuhi hukuman seumur hidup, sementara tiga yang lain penjara 30 tahun. Namun, pada 2020, Presiden AS saat itu Donald Trump memberi pengampunan kepada keempat tentara Blackwater.