Seorang diplomat Israel dilaporkan telah diusir keluar selama upacara pembukaan KTT Uni Eropa di Addis Ababa, Ethiopia pada Sabtu (18/2).
Seperti dilansir Al Jazeera, pada Minggu (19/2), insiden ini terjadi karena perselisihan atas akreditasi Israel ke blok tersebut.
Sebuah video yang diposting di media sosial menunjukkan petugas keamanan mengawal Duta Besar Sharon Bar-Li keluar dari auditorium selama upacara pembukaan KTT di Addis Ababa pada Sabtu.
Ebba Kalondo, juru bicara ketua Uni Afrika, mengatakan diplomat itu diusir karena dia bukan duta besar Israel untuk Ethiopia yang diundang.
Seorang pejabat AU kemudian mengatakan bahwa diplomat yang “diminta untuk pergi” tidak diundang dalam pertemuan tersebut. Undangan bagi Israel hanya dikeluarkan untuk duta besar Israel di Uni Afrika, Aleli Admasu.
“Sangat disesalkan bahwa individu yang bersangkutan menyalahgunakan kesopanan seperti itu,” tambah pejabat itu.
Langkah itu dengan cepat dikutuk oleh Israel. “Israel sangat kecewa atas insiden di mana wakil direktur untuk Afrika, Duta Besar Sharon Bar-Li, dikeluarkan dari aula Uni Afrika meskipun statusnya sebagai pengamat terakreditasi dengan lencana masuk,” kata kementerian luar negeri Israel.
Israel menyalahkan insiden itu di Afrika Selatan dan Aljazair, dua negara kunci dalam blok 55 negara. Israel mengatakan mereka menyandera Uni Afrika dan didorong oleh “kebencian”.
Kementerian luar negeri Israel mengatakan kuasa usaha di kedutaan Afrika Selatan akan dipanggil untuk mendapat teguran. Afrika Selatan menolak tudingan tersebut, dengan mengatakan permohonan Israel untuk status pengamat di Uni Afrika belum diputuskan oleh blok tersebut.
“Sampai Uni Afrika mengambil keputusan apakah akan memberikan status pengamat kepada Israel, Anda tidak dapat membiarkan negara itu duduk dan mengamati,” kata Clayson Monyela, kepala diplomasi publik di Departemen Hubungan dan Kerjasama Internasional Afrika Selatan, kepada kantor berita Reuters.
“Jadi, ini bukan tentang Afrika Selatan atau Aljazair, ini masalah prinsip.”
Perselisihan tentang status pengamat Israel untuk blok tersebut dimulai pada Juli 2021, ketika ketua Komisi Uni Afrika saat itu, Moussa Faki Mahamat, menerima akreditasi negara secara sepihak. Langkah tersebut memicu kegemparan dari sejumlah negara anggota yang menuntut pencabutan status tersebut.
Protes itu dipelopori oleh Afrika Selatan dan Aljazair, dua anggota kuat yang berpendapat bahwa keputusan itu bertentangan dengan pernyataan Uni Afrika yang mendukung wilayah pendudukan Palestina.