Pekanbaru – Para petani mitra PT Perkebunan Nusantara V yang sukses mengikuti program peremajaan sawit rakyat (PSR) di sejumlah Kabupaten di Provinsi Riau menyambut baik rencana integrasi sejumlah anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara III Persero menjadi Sub Holding PalmCo.
Mereka menilai pembentukan PalmCo akan memberikan dampak positif bagi para petani, terutama dalam upaya mengakselerasi peremajaan sawit juga memperkuat kemitraan yang selama ini telah terjalin apik.
Setyono, salah satu petani yang telah bermitra dengan PTPN V selama lebih dari 30 tahun mengatakan bahwa sejauh ini kemitraan dengan perusahaan yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning tersebut telah berjalan dengan sangat baik dan menjadi bagian dari penggerak utama ekonomi para petani.
Bahkan, ia mengakui dalam empat tahun terakhir, kemitraan itu kian erat dengan beragam program yang diusung perusahaan, terutama untuk meremajakan sawit renta milik para petani plasma.
“Kemitraan yang berjalan dengan satu anak perusahaan itu sudah sangat baik. Bahkan, sejak empat tahun terakhir di bawah kepimpinan Pak Jatmiko, PTPN V terus melakukan beragam terobosan untuk meningkatkan kemitraan. Tentu, jika penggabungan itu dilaksanakan, PalmCo akan semakin kuat dan kami percaya akan membawa kebaikan kepada petani,” kata pria paruh baya itu di Pekanbaru, Rabu (5/7/2023).
Kementerian BUMN dan Holding Perkebunan Nusantara III Persero saat ini tengah berupaya membentuk dua sub holding baru yakni Palm Co dan Supporting Co, setelah sebelumnya sukses membentuk Sugar Co.
Palm Co sendiri merupakan gabungan dari sejumlah anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara III Persero, PTPN III dan PTPN IV Provinsi Sumatera Utara, PTPN V Riau, PTPN VI Jambi, serta PTPN XIII Kalimantan. Selanjutnya, Palm Co akan fokus mengelola perkebunan sawit, seperti halnya Sugar Co komoditas tebu. Sementara Supporting Co akan menjadi perusahaan pengelola aset dan aneka tanaman.
Untuk itu, Setyono yang juga ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) tersebut menilai dengan pembentukan Palm Co akan menjadikan petani sawit sebagai mitra utama perusahaan, sehingga perhatian kepada petani kepala sawit diyakini juga akan meningkat.
Apalagi, kata dia, ketika Palm Co akan menjadi perusahaan dengan skala bisnis lebih besar maka akan berdampak lurus dengan peningkatan pasokan bahan baku, sehingga nantinya bahan baku tersebut tidak hanya berasal dari petani plasma, namun juga swadaya.
“Ini adalah poin pentingnya, bahwa Palm Co nantinya akan membutuhkan pasokan bahan baku dengan rantai yang jelas, maka petani sawit, tidak hanya plasma, namun juga swadaya akan kebagian rezeki,” tuturnya.
Meski begitu, Setyono mengingatkan agar perusahaan nantinya dapat terus melanjutkan edukasi kepada para petani terkait pentingnya pelaksanaan budidaya perkebunan sawit lestari.
Petani yang teredukasi dengan baik, paparnya lagi, akan berperan juga dalam memastikan ketersediaan bahan baku, baik dari sisi kualitas maupun kepastian produksi. “Artinya, kesinambungan kerja sama bisa dikelola dalam jangka panjang,” demikian Setyono.
PTPN V saat ini tercatat sebagai perusahaan yang lekat dengan petani. Hal ini dibuktikan dengan status PTPN V sebagai perusahaan dengan persentase perkebunan plasma terluas di Provinsi Riau.
Chief Executive Officer PTPN V, Jatmiko Santosa mengatakan perusahaan telah merangkul 56.000 hektare petani plasma. Sementara total perkebunan sawit inti yang diusahakan perusahaan mencapai 71.000 hektare. Dengan begitu, kata dia, perusahaan telah mengelola 66 persen perkebunan sawit plasma dari luas lahan inti yang diusahakan.
Dari luas perkebunan plasma tersebut, PTPN V juga mendukung program pemerintah dalam mengejar perluasan peremajaan sawit petani. Sampai saat ini, ribuan petani Riau telah merasakan tuah dari program peremajaan sawit PTPN V.
Mulai dari panen lebih cepat hingga produktivitas yang jauh meningkat. Penerapan teknik budidaya sesuai standar tinggi perusahaan, mulai dari penggunaan bibit unggul bersertifikat, pemupukan, pemeliharaan, hingga perlakuan menjadi terobosan pertama yang dilakukan.
“Alhamdulillah, ini adalah salah satu bukti nyata bahwa kita benar-benar komitmen untuk kembali ke khittah, tumbuh dan berkembang bersama petani. Petani mampu panen lebih cepat dari yang umumnya tiga sampai empat tahun baru panen, sekarang alhamdulillah usia kurang 30 bulan sudah panen. Begitu juga produktivitas 50 persen lebih tinggi dibandingkan normalnya,” kata sosok yang berhasil membawa perubahan besar di PTPN V tersebut.
Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa inovasi PTPN V yang turut memberdayakan para petani melalui program padat karya sehingga menjamin ketersediaan pendapatan selama masa tunggu panen, serta menggulirkan program UMKM seperti budidaya sapi ternak melalui program tanggung jawab sosial lingkungan untuk menjaga ekonomi petani tetap berjalan merupakan kelebihan program kemitraan ini.
Begitu juga dengan program transfer pengetahuan yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman petani dalam praktik budidaya.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa PTPN V menjadi perusahaan pertama yang berani memberikan jaminan produksi bagi para petani.
“PTPN V adalah perusahaan pertama yang berani memberikan jaminan produksi para petani yang mengikuti program PSR. Kita ganti rugi jika produksi petani peserta PSR di bawah standar yang ada,” tegasnya.
Sampai hari ini, ia mengatakan total Program PSR yang telah dilaksanakan PTPN V sejak 2012 telah mencapai 8.618 hektare dan ditargetkan mencapai 22.444 hektare hingga tahun 2026 mendatang.