NEWS24XX.COM – Zhang Shen adalah seorang pelajar yang sangat miskin di Zhiangsu Zhenjiang Tiongkok.
Dia hidup pada pada masa dinasti Ming. Karakternya buruk. Dikenal suka memeras orang kaya yang bukan sekampungnya.
Tetapi uang dari hasil memerasan sering digunakan untuk membantu tetangganya yang miskin sehingga di rumahnya tidak ada kelebihan uang maupun persediaan makanan.
Zhang Shen tidak memiliki makanan di rumah saat malam tahun baru.
Di dalam hatinya dia berpikir teman dan saudaranya semua benci kepadanya. Kebanyakan di antara mereka adalah orang yang sombong,
Dia berpikir tidak ada seorangpun yang akan meminjamkan uang kepadanya. Zhang Shen juga tidak ingin mengemis kepada mereka.
Lalu dia membawa sepotong kain tua untuk dijual yang hasilnya nanti akan digunakan untuk membeli beras dan telur.
Usai melakukannya dia berjalan pulang ke rumah dengan keranjang berisi belanjaan.
Saat itu hari telah gelap dan terjadi hujan salju. Jalanan sangat licin.
Ketika sudah dekat rumahnya dia tidak hati-hati sehingga terpeleset. Barang-barang dalam keranjang terjatuh di tempat yang becek.
Zhang Shen bergegas pulang ke rumahnya mengambil lentera. Lalu kembali ke tempat dia terjatuh mencari barang-barangnya. Tidak terduga dia menemukan sebuah kantong. Lalu dia mengambilnya. Ternyata kantong tersebut sangat berat.
Ketika sampai di rumah dia melihat kantong itu berisi uang emas dan perak, uang recehan, dan sebuah catatan. Dia tahu barang ini milik sebuah toko kain sutra. Zhang Shen sangat gembira. Dalam hati dia berpikir mulai saat ini dapat hidup dengan senang.
Tetapi setelah dipikir kantong ini pasti milik pegawai penagih hutang dari sebuah toko yang terjatuh dalam perjalanan. Jika pegawai ini tidak dapat menyetor uang ini kepada majikannya maka dia pasti akan berada dalam keadaan bahaya.
“Lebih baik saya menunggu orang tersebut dan mengembalikan kepadanya,” pikir Zhang Shen.
Lalu dia mengambil lenteranya dan menunggu di depan pintu rumahnya.
Tak berapa lama kemudian dari kejauhan dia melihat ada dua pria berjalan ke arahnya. Tangan mereka memegang lentera berlambang toko sutra.
Mereka seperti mencari sesuatu di jalanan dan terlihat sangat panik. Zhang Shen berpikir mereka mencari kantong yang dia temukan.
Lalu dia memanggil menegur mereka, “Apa yang kalian cari?”
Orang yang ditanya melihat orang yang menegur mereka adalah Zhang Shen. Mereka tahu Zhang Shen adalah berandalan sehingga tidak berani berterus terang kepadanya, tidak menjawab pertanyaannya, dan berlalu dari sana.
Zhang Shen dengan suara keras berkata, “Apakah kalian kehilangan sesuatu, benarkah?”
Akhirnya salah satu dari mereka berdua hanya bisa mengaku, “Tadi kami sedang menagih utang melewati daerah ini, tiba-tiba terjadi badai salju, kami tergesa-gesa sehingga kantong kami terjatuh. Kami kembali ke sini untuk mencari. Tidak dapat menemukannya. Pasti sudah diambil orang yang lewat.”
Zhang Shen bertanya kepada mereka apa isi di dalam kantong tersebut. Mereka menjawab bahwa di dalamnya ada uang dan buku catatan. Persis sama dengan kantong yang ditemukan Zhang Shen.
Zhang Shen berkata kepada mereka, ‘Silahkan masuk ke dalam. Duduklah sebentar. Saya tahu orang yang menemukan kantong kalian!”
Pria tua bergegas bertanya kepada Zhang Shen, “Jika tuan tahu siapa yang menemukan kantong tersebut, tolong tuan katakan kepada saya, saya tidak berani ke rumah tuan dan mengganggu tuan!”
Zhang Shen berkata, “Sekarang badai salju belum berhenti. Masuk saja berteduh sebentar ke rumah saya!”
Dia menarik mereka berdua masuk ke dalam rumahnya. Lalu dia mengeluarkan kantong yang ditemukan.
“Coba kalian lihat apakah kantong ini yang kalian cari?”
Pria tua melihat kantong tersebut. Dia sangat terkejut. Bibirnya bergerak-gerak tetapi tidak ada suara yang terdengar.
“Tuan jangan curiga kepada saya. Jika saya ingin mengambil kantong ini, mana mungkin saya duduk menunggu di depan pintu di hari yang demikian dingin menunggu orang yang kehilangan kantong ini!”
Kemudian Zhang Shen menyerahkan kantong tersebut kepada mereka.
Air mata pria tua itu menetes. “Saya di toko bertugas sebagai kasir. Jika saya kehilangan kantong ini maka menjual segala harta saya juga tidak dapat menggantinya. Saya bisa mati karena kehilangan semua ini. Terima kasih tuan telah menyelamatkan nyawa kami sekeluarga!”
Mereka lalu berlutut dan menyembah Zhang Shen. Pria tua itu mengucapkan terima kasih dan mengambil setengah dari isi kantong untuk diberikan kepada Zhang Shen. Tetapi dia menolak.
“Jika tuan tidak mau menerima saya tidak akan pergi dari sini,” kata pria tua itu.
Lalu Zhang Shen dengan tertawa berkata,“Jika tuan berkenan, saya ingin meminjam uang 20 yuan supaya saya bisa sembahyang di tahun baru ini. Dengan demikian saya sudah sangat berterima kasih!”
Pria tua itu melihat ketulusan dari Zhang Shen. Akhirnya dia tidak bisa menolak. Lalu dia mengambil uang 20 yuan untuk diberikan kepada Zhang Shen. Usai berterima kasih mereka kemudian pamit meninggalkan rumah Zhang Shen.
Setelah Zhang Shen menerima uang itu lalu dia pergi keluar membeli ayam, kue, dan buah-buahan untuk sembahyang.
Ketika Zhang Shen tidur lalu bermimpi. Dia ditangkap dan dibawa kepada raja.
Raja tersebut marah kepadanya, “Engkau selalu berbuat jahat. Jika tidak berubah maka akan menjadi hantu kelaparan!” Zhang Shen pun bersujud meminta ampun. Tiba-tiba ada seorang pengawal membawa sebuah catatan melapor kepada raja.
Wajah raja langsung berubah menjadi lembut dan berkata, “Ini adalah perbuatan amal yang besar, cukup untuk membayar semua kesalahan dan kejahatan yang pernah engkau lakukan. Pantas mendapat pahala, engkau akan lulus ujian negara tahun ini.”
Raja itu berkata lagi kepada Zhang Shen,“Pulanglah, mulai saat ini bertobatlah. Selalu berbuatlah baik maka masa depanmu akan sangat cerah!”
Zhang Shen terbangun. Dia menyadari perbuatannya tersebut adalah menemukan kantong dan mengembalikan kepada pemiliknya. Usai fajar dia berlutut di hadapan Budha dan bersumpah akan bertobat dan berbuat baik untuk menebus kejahatan yang dahulu dilakukannya.
Pada musim gugur, semua pelajar akan ke ibu kota mengikuti ujian negara. Hanya Zhang Shen yang tidak mempunyai uang. Setiap hari uang untuk makan saja susah. Bagaimana bisa pergi mengikuti ujian. Tiba-tiba di pasar dia bertemu kembali dengan pria tua dari toko sutera itu. Dia bertanya kepada Zhang Shen, “Tuan kenapa tuan tidak pergi mengikuti ujian?”
Zhang Shen lalu bercerita bahwa dia tidak mempunyai uang.
“Tuan adalah seorang yang baik. Harus pergi mengikuti ujian! Tuan pulanglah ke rumah menunggu saya,” ucap pria tua itu.
Zhang Shen pun kembali ke rumahnya.
Pria tua itu membawa seorang pria berkunjung ke rumahnya. Pria tua itu di perkenalkan kepada Zhang Shen. “Dia adalah majikan saya. Karena tuan adalah seorang yang baik, majikan saya sangat terharu. Sejak lama sudah ingin membalas budi tuan!
“Mendengar tuan tidak mempunyai uang untuk pergi mengikuti ujian, majikan saya menyerahkan dua keping uang emas untuk ongkos dalam perjalanan!”
Zhang Shen tidak bisa menolak kebaikan mereka. Akhirnya menerima.
Keesokan harinya dia berangkat mengikuti ujian. Akhirnya dia lulus ujian. Lalu dia mengembalikan uang pemberian pria tua itu serta majikannya.
Zhang Shen lulus ujian. Kemudian dia diangkat menjadi pegawai negeri.
Niat baiknya tidak membuat Zhang Shen menjadi hantu kelaparan malahan menjadi pejabat negara. ***
Cerita ini dilansir dari portal Poskota.id