Dewasa ini, publik disibukan dengan pemberitaan media massa maupun sosial tentang kasus Rocky Gerung dan Panji Gumolang.
Berita-berita yang sangat intensif tersebut, berhasil menggiring dan mempengaruhi opini publik sehingga menjadi fokus attensi publik secara massif.
Pengamat politik dan kebijakan publik, Yusfitriadi melihat kedua kasus tersebut sangat mungkin masuk ke dalam skenario kekuasaan.
“Kasus Rocky gerung, bagi saya seorang akademisi dan publik figur, sangat tidak mungkin melontarkan verbal-verbal yang sangat ‘barbar’ yang mengarah kepada penghinaan kepada presiden,” katanya, Kamis (10/8).
Apalagi, kata dia, jika tidak ada yang menskenariokan melindungi Rocky Gerung. Yusfitriasi melihat, bukan kali ini saja ada masyarakat yang terindikasi menghina presiden, namun tidak lama penegak hukum langsung bergerak untuk menangkap.
Namun, dalam kasus Rocky Gerung, harus menunggu banyak elemen yang melaporkan baru diproses hukum.
“Apalagi kalau bukan diskenariokan. Begitupun kasus Panji Gumilang, Al-Zaitun sudah berdiri 25 tahun, tidak jarang kasusnya muncul ke permukaan, namun tidak lama menghilang lagi,” bebernya.
Menurut Ketua yayasan Visi Nusantara Maju ini, praktek-praktek yang dilakukan oleh Panji Gumilang baik dalam kegiatan beragama maupun mengelola aset dan keuangan Al Zaitun sudah berjalan cukup lama.
“Mengapa baru sekarang ditelisik. Tidak jauh kasusnya seperti kasus Ahmadiyah, yang selalu dimunculkan ketika ada isu krusial yang harus ditutupi,” tegas Yusfitriadi.
Dengan intensifnya pemberitaan Rocky Gerung dan Panji Gumilang, kata dia, masyarakat lupa dan tidak fokus lagi terhadap isu-isu substansial yang disinyalir melibatkan para elit kekuasaan.
“Masyarakat sudah lupa nasib uang Rp27 miliar yang tiba-tiba dibalikin dan disinyalir kasus tersebut melibatkan Menpora,” ungkapnya.
Masyarakat juga mungkin sudah lupa siapa yang mengembalikan dan untuk apa dikembalikan uang serta kasus hukum tersebut.
Begitupun dengan kasus BTS Rp8 triliun, yang mana kasus tersebut hanya sampai perusahaan suaminya Puan Maharani Ketua DPR RI yang direkturnya sudah menjadi tersangka.
“Apa bener Jhoni G Flate akan buka-bukaan, masyarakat sudah lupa. Termasuk kasus Airlangga yang sudah berproses di kejaksaan agung, bagaimana nasibnya, masyarakat sudah tidak bertanya-tanya lagi,” tuturnya.
Kemudian kasus Harun Masiku yang sudah menghebohkan jagat raya kepemiluan Indonedia. Sudah menjadi buronan selama 3 tahun menggambarkan begitu lemahnya aparat kepolisian dan KPK sehingga begitu tidak berdaya di hadapan Harun Masiku.
“Dan mungkin masih banyak kasus-kasus lain yang melibatkan elit kekuasaan dan elit partai politik yang masyarakat sudah lupa. Yang diingat masyarakat saat ini hanyalah kasus Rocky Gerung dan Panji Gumilang,” tukas Yusfitriadi.