Menurut seorang Psikiater Palestina, anak-anak di Gaza kini mengalami gejala trauma parah disertai dengan adanya resiko kematian.
Pada hari Minggu 22 Oktober 2023, kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 1.750 anak-anak telah terbunuh dalam 16 hari pemboman oleh pasukan Israel sejak serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober, yang berarti rata-rata hampir 110 anak setiap hari menjadi korban.
Dilansir dari The Guardian, dampak psikologis perang terhadap anak-anak mulai terlihat,Kata Fadel Abu Heen, seorang Psikiater Palestina di Gaza.
“Anak-anak mulai mengalami gejala trauma serius seperti kejang-kejang, mengompol, ketakutan, perilaku agresif, gugup, dan tidak meninggalkan orang tua mereka,” kata Psikiater Palestina
“Kurangnya tempat yang aman telah menciptakan rasa takut dan ngeri di antara seluruh masyarakat dan anak-anaklah yang paling terkena dampaknya”.
“Beberapa dari mereka bahkan bereaksi langsung dan mengungkapkan ketakutannya, meskipun mungkin memerlukan penanganan segera, kondisi mereka mungkin lebih baik dibandingkan anak-anak lain yang menyimpan trauma di dalam diri mereka,” tambahnya
Sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza adalah anak-anak, yang dimana sejak tanggal 7 Oktober, mereka terus-menerus hidup di bawah pemboman.
Banyak warga yang mengungsi ke tempat penampungan sementara di sekolah-sekolah yang dikelola PBB setelah meninggalkan rumah mereka dikarenakan kurangnya akses terhadap makanan atau air bersih.
Tahreer Tabash, ibu dari enam anak yang mengungsi di sebuah sekolah mengatakan, “Anak-anak kami sangat menderita di malam hari, mereka menangis sepanjang malam dan buang air kecil tanpa sengaja.”
Ketua Asosiasi Pediatri Israel, Zachi Grossman mengatakan, “Anak-anak Israel juga menunjukkan peningkatan tanda-tanda trauma sejak 7 Oktober.”
“Sekitar 90% anak yang mengunjungi rumah sakit anak mengeluhkan kecemasan dan hal ini tentunya merupakan sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Grossman.