Namanya James, bayi berusia dua tahun yang diajak ibunya berbelanja ke sebuah pusat perbelanjaan pada suatu pagi di tahun 1993.
James diculik oleh dua bocah lelaki berusia 10 tahun dari ibunya yang tengah sibuk berbelanja. Teralihkan, ibunya tak sadar sang anak telah dibawa pergi dari pusat perbelanjaan di Bootle, Merseyside.
Kedua bocah itu bernama Jon Venables dan Robert Thompson, entah apa yang keduanya pikirkan hari itu, yang jelas bukanlah sesuatu yang baik.
Keduanya membawa bayi malang itu sejauh dua setengah mil, ke sebuah jalur kereta api di Walton, di sanalah mereka menyiksa, memukul dan menyerangnya.
James ditendang, dipukul, bahkan batu bata dilemparkan ke kepalanya. Setelah diotopsi, James diketahui mengalami 10 kerusakan tulang tengkorak, diduga akibat sebatang besi seberat 10 kilo yang dihantamkan padanya.
Untuk bocah seusia mereka, keduanya cukup cerdik. Setelah James tewas, mereka menempatkan jasad bayi malang itu di rel kereta api, dengan harapan kereta akan melindasnya dan insiden ini akan nampak seperti kecelakaan.
Benar saja, dua hari kemudian jasad James ditemukan, terbelah dua akibat dilindas kereta api.
Awalnya polisi dan para detektif tak percaya bahwa dua bocah seumuran mereka bisa melakukan kejahatan bejat seperti ini, bukti CCTV yang memperlihatkan keduanya membawa James jelas-jelas ada. Keesokannya polisi mengirim dua pasukan ke rumah masing-masing bocah, menginterogasinya.
Keduanya dibawa ke kantor polisi dan diinterogasi di ruangan terpisah. Kedua bocah ditemani ibu mereka, namun baik Thompson dan Venables mengelak, tak mengakui perbuatannya. Detektif mengira bahwa keberadaan ibu mereka cukup mengintimidasi bocah-bocah nakal ini, maka detektif menyuruh ibu mereka pergi membiarkan detektif berbicara empat mata kepada masing-masing anak.
Akhirnya, mereka mengakuinya. Venables menyalahkan Thompson, begitu pula sebaliknya. Namun detektif sudah menyelidiki bahwa keduanya turut ambil peran dalam kematian James. Motifnya? tak ada, mereka hanya bocah-bocah nakal yang lepas dari pantauan orang tua mereka.
Di tahun yang sama, keduanya didakwa. Karena usia mereka masih di bawah 15 tahun, pihak berwenang mengirimnya ke pusat rehabilitasi alih-alih penjara. Venables dan Thompson dihukum delapan tahun dan akan dibebaskan saat berusia 18 tahun.
Meski begitu, identitas mereka dijaga, tak ada pers yang bisa meliput perkembangan keduanya. Tak ada yang bisa melihat seperti apa kedua iblis ini tumbuh, lebih tepatnya, saat mereka dibebaskan, tak akan ada yang mengenali mereka.
Terlebih, hakim akan memberikan mereka identitas baru, sebagai langkah pencegahan diskriminasi sosial yang mungkin akan dihadapi keduanya. Tentu saja mereka bukan lagi Venables dan Thompson, namun tetap saja keduanya iblis.
Rakyat inggris tak puas, mereka merasa delapan tahun terlalu singkat. Mereka juga khawatir keduanya akan berbuat hal serupa lagi di masa depan, mereka dikecam tak layak hidup di antara masyarakat Inggris.