Setelah mantan Presiden Donald Trump kalah pilpres tahun 2020, seorang jenderal top Amerika Serikat (AS) terungkap sempat diam-diam menghubungi China.
Sang jenderal khawatir ulah Trump memicu perang dengan negara itu akibat kekalahannya dalam pemilihan presiden AS.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley diklaim menelpon Jenderal Li Zuocheng dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China pada 30 Oktober 2020, empat hari sebelum pemilihan, dan pada 8 Januari, dua hari setelah pendukung Trump memimpin serangan di gedung utama AS.
Dalam panggilan telepon, Milley berusaha meyakinkan Li bahwa AS tetap kondusif dan tidak akan menyerang China. Milley juga mengatakan walaupun AS akan melakukan serangan, ia akan memperingatkan Li.
Media terkemuka AS, The Washington Post dan sejumlah media lainnya yang melaporkan kutipan buku berjudul ‘Peril’ itu menggambarkan Milley mengorganisir Pentagon dan komunitas intelijen AS untuk menolak setiap langkah yang diambil Trump untuk meningkatkan ketegangan dengan China atau Iran setelah dia kalah pilpres November 2020.
Seperti dilansir AFP, Rabu (15/9), Jenderal Mark Milley dilaporkan memerintahkan para ajudannya untuk tidak bertindak segera terhadap setiap langkah yang diperintahkan Trump, termasuk soal penggunaan kekuatan nuklir.
Menanggapi hal ini, Trump mengatakan bahwa ia meragukan cerita itu. Ia bahkan menyebutnya sebagai kisah yang dibuat-buat. Trump juga menyampaikan bila cerita ini benar, Milley harus diadili karena dianggap berkhianat.
“Sebagai catatan, saya bahkan tidak pernah berpikir untuk menyerang China,” kata Trump.
The Washington Post juga melaporkan bahwa komunikasi Milley dengan Beijing pada 8 Januari lalu dilakukan atas diskusi Milley dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi.
Pelosi bertanya apakah ada pengamanan yang dilakukan untuk mencegah Trump, yang digambarkan sebagai ‘presiden yang tidak stabil,’ meluncurkan serangan nuklir.
“Dia gila. Anda tahu dia gila,” kata Pelosi kepada Milley, lapor The Washington Post, mengutip transkrip panggilan tersebut.
Milley menjawab, “Saya setuju dengan Anda.”
Sementara itu, Kantor Milley menolak berkomentar atas kasus ini. Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre juga menolak berkomentar.