Banyak warga Indoensia yang masih terjebak di daerah konflik Tmur Tengah, bahkan mereka terjebak dengan anak-anak dan istri. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar mengatakan ada kemungkinan pemerintah Indonesia membawa pulang anak dari warga Indonesia yang diproses hukum di luar negeri usai menjadi kombatan Negara Islam Irak-Suriah (ISIS).
“Jadi ada pesan, bagaimana anaknya ini bisa dititipkan untuk dibawa pulang kepada keluarga di Indonesia,” kata Boy saat rapat bersama Komisi III DPR, Rabu (15/9).
Pihaknya pun menyebut kemungkinan akan terbang ke Suriah dan Irak akhir Desember untuk melakukan penilaian terhadap keluarga WNI di sana.
Dalam catatan BNPT, terdapat 2.113 WNI yang pergi ke Irak dan Suriah. Kondisi mereka saat ini, 111 orang meninggal dunia, 195 orang kembali ke Indonesia, 556 dideportasi, dan 1.251 masih berada di zona konflik.
BNPT akan mendata lebih dalam ihwal warga negara Indonesia yang masih berada di Suriah dan Irak. “Kegiatan selanjutnya adalah verifikasi data dilanjutkan dengan asesmen,” ujar Boy.
Apabila nanti ada yang dipulangkan, terutama anak-anak, Boy mengatakan ada satuan tugas yang akan memantau mereka. Sejauh ini, pemerintah telah membentuk Satgas Foreign Terrorist Fighter (FTF) dengan Boy sebagai kepalanya.
Boy menjelaskan itu semua kala mendapat pertanyaan dari anggota Komisi III DPR Adang Daradjatun yang meminta penjelasan soal potensi kedatangan WNI yang pernah berperang bersama ISIS.
“Saya belum mendapatkan penjelasan mendalam mengenai strategi dalam menghadapi potensi masuknya para WNI dari Suriah dan Irak. Saya menganggap ini menjadi potensi ancaman, karena mereka sudah terlatih dan hebat,” kata Adang dalam RDP dengan BNPT itu.
Boy juga mengungkapkan pihaknya memantau 399 grup atau kanal di media sosial yang terkait dengan konten radikalisme atau terorisme per Agustus 2021. Mayoritas berada di grup Telegram.
“Menangkal konten radikalisme terorisme, dalam pelaksanaan penangkalan ini kita terutama fokus di empat platform media sosial. Pertama Telegram, WhatsApp, Facebook, dan Tantan,” ucap Boy.
“Per Agustus 2021 terdapat 399 grup maupun kanal medias sosial yang dipantau dan Telegram menempati jumlah tertinggi dengan mencapai 135 grup kanal,” imbuhnya. (sumber_cnnindonesia.com)