Anggota Komisi IV DPRD Riau, Yuyun Hidayat menyebut kesulitan akses menjadi kendala masih adanya wilayah-wilayah terluar yang tak teraliri listrik di Provinsi Riau.
Walau secara statistik 98 persen desa sudah teraliri listrik, tapi di tingkat RT RW-nya masih banyak yang belum terjamah PLN.
“Infrastrukturnya tidak mendukung, misalnya pengiriman tiang listrik jalur daratnya tidak ada. Satu-satunya jalur lewat air, itu pun tak kuat mengangkat tiang listrik sebanyak itu,” ungkap Yuyun, belum lama ini
Karena sulitnya akses tersebut, maka satu-satunya cara yang memungkinkan adalah via udara. Kendalanya, biaya pemasangan meningkat.
“Akhirnya diputuskan via jalur udara, costnya mahal dan butuh waktu. Itu mereka minta waktu,” ujarnya.
Wakil rakyat Fraksi PPP ini mengatakan tidak membiarkan masyarakat tetap dalam kesulitan tanpa listrik, tapi memang saat ini perlu dilakukan penyesuaian anggaran.
“Ini tidak dibiarkan, kita kejar terus. Tapi kota butuh waktu. Kita perlu hitung ulang, kebutuhan biayanya berapa,” jelasnya.
Ia mengatakan sebenarnya panel tenaga surya bisa menjadi alternatif, namun kesulitannya ada di umur baterai dan unit yang sering hilang.
“Sistem panel itu kendala kita di baterai, umurnya terbatas dan sering dicuri. Ini sulit juga, kita perlu mengedukasi masyarakat untuk menjaga,” papar Dewan asal Kampar ini.
Ia mengatakan agar panel surya dapat digunakan lebih efektif diperlukan produksi baterai lokal untuk menekan biaya.
“Makanya kita sangat setuju saat Jokowi meresmikan pabrik baterai bekerja sama dengan LG dan Hyundai. Itu bisa memangkas cost dan menambah kapasitas,” ungkapnya.