Iran menangkap 10 orang yang diduga mata-mata asing di Provinsi Busherh, Selasa (12/10).
Dalam keterangannya, Kementerian Intelijen menyebut dinas intelijen dari negara-negara regional yang tidak disebutkan namanya, bertujuan mengumpulkan informasi dan spionase dari lokasi sensitif di Iran, memanfaatkan warga Iran yang tinggal dan bepergian ke negara-negara tersbut.
“Sebuah tindakan pencegahan diambil terhadap dinas intelijen yang relevan,” menurut kementerian mengutip The Jerusalem Post, Rabu (13/10).
Pengumuman itu muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Iran dan Azerbaijan, dengan Teheran menyebut baku mengizinkan pasukan Israel beroperasi di sepanjang perbatasannya dengan Iran. Azerbaijan membantah tuduhan operasi Israel terhadap Iran dilakukan dari wilayahnya.
Tidak jelas apakah salah satu “negara regional” yang disebutkan oleh Kementerian Intelijen adalah Azerbaijan.
Provinsi Bushehr, tempat para terduga mata-mata itu ditangkap, adalah rumah bagi pembangkit listrik tenaga nuklir. Pada bulan Juni, pembangkit listrik mengalami pemadaman darurat.
IAEA melaporkan, cacat teknis menyebabkan pembangkit listrik ditutup sementara dan terputus dari jaringan listrik nasional, menurut Kantor Berita Fars Iran.
Sementara bulan lalu, Kementerian Intelijen Iran mengumumkan mereka telah membunuh pemimpin kelompok yang diklaim didukung dan dipandu oleh dinas intelijen negara-negara yang memusuhi Iran.
Penangkapan terduga mata-mata asing bukan kali pertama. Pada Juli lalu, Iran menyatakan pihak berwenang menangkap anggota kelompok yang terkait dengan badan intelijen Israel, Mossad, di tengah protes kekurangan air yang sedang berlangsung di wilayah barat daya negara itu.
Iran sesekali mengumumkan penahanan orang-orang yang disebut sebagai mata-mata asing termasuk dari AS dan Israel.
Pada Juli 2020, Iran mengeksekusi seorang mantan penerjemah yang dihukum karena memata-matai pasukannya untuk AS dan Israel. Ia disebut turut membantu menemukan lokasi keberadaan seorang jenderal top Iran, Qasem Soleimani, yang terbunuh dalam serangan drone AS beberapa waktu lalu.
Pada Februari 2020, pengadilan tinggi Iran mengonfirmasi telah menjatuhkan hukuman mati kepada salah satu warganya karena menjadi mata-mata untuk Badan Intelijen AS (CIA).
Iran menuduh ia membagikan rincian informasi mengenai program nuklir negara tersebut kepada agen mata-mata AS.
Dua tahun lalu, Iran juga mengatakan telah menangkap 17 warganya yang dituduh memata-matai situs nuklir dan militer Teheran untuk CIA. Beberapa dari mereka dilaporkan telah dijatuhi hukuman mati.