Angkatan Udara Taiwan mengerahkan jet tempur untuk menghalau 27 pesawat Tiongkok yang memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taipei pada Minggu, 28 November 2021. Ini merupakan kesekian kalinya kedua pihak bersitegang atas masalah wilayah udara.
Tak hanya itu, Taiwan juga mengerahkan sistem rudal untuk memantau pesawat-pesawat tersebut.
ADIZ Taiwan tidak sama dengan wilayah udara teritorialnya, tetapi merupakan wilayah udara yang dideklarasikan sendiri yang dipantau untuk tujuan keamanan nasional.
Ketegangan yang semakin meningkat ini terjadi setelah delegasi Kongres Amerika Serikat (AS) berkunjung ke Taiwan minggu lalu. Ini merupakan kunjungan kedua dalam bulan ini, dengan maksud mendukung Taiwan.
Cina telah berjanji untuk mengambil kembali Taiwan dengan paksa jika perlu. Beijing menolak semua yang memberikan legitimasi dan pengakuan internasional kepada pemerintah di Taipei dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kunjungan anggota parlemen AS ke pulau itu.
Dilaporkan angkatan udara Cina mengirim 18 jet tempur, lima jet pembom H-6 berkemampuan nuklir, dan jet pengisian bahan bakar udara Y-20.
Dalam peta yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Taiwan melalui akun Twitter-nya, pesawat pembom H-6 dan enam jet tempur terbang ke selatan Taiwan ke Selat Bashi yang memisahkan Taiwan dari Filipina sebelum terbang ke kawasan Pasifik dan kembali ke Cina.
Taiwan menduga beberapa pesawat jet tempur Tiongkok sempat mengisi bahan bakar di udara. Tiongkok disebut-sebut tengah melatih manuver pengisian bahan bakar, agar jet tempurnya dapat terus terbang walau berada jauh dari pesisir Negeri Tirai Bambu.
“Kami mengerahkan jet tempur untuk menghalau pesawat Tiongkok. Sistem misil juga dikerahkan untuk memonitor pergerakan mereka,” ucap Kemenhan Taiwan, dikutip dari TRT World.
Belum ada komentar dari Tiongkok terkait peristiwa terbaru ini. Namun dalam beberapa kejadian terdahulu, Tiongkok mengatakan penerbangannya dekat Taiwan merupakan bagian dari perlindungan kedaulatan negara.
Selama ini, Tiongkok memandang Taiwan sebagai “provinsi terlepas” yang sewaktu-waktu akan diambil kembali. Namun Taiwan menganggap dirinya sebagai sebuah negara berdaulat.
Sejak lebih dari setahun terakhir, Taiwan terus mengeluhkan pelanggaran berulang yang dilakukan militer Tiongkok. “Tiongkok terus melakukan agresi militer yang merusak perdamaian regional,” kata Premier Taiwan Su Tseng-chang kepada awak media pada awal Oktober.