Kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh anak oknum anggota DPRD Pekanbaru berinisial AR (21) terhadap korban yang masih di bawah umur, berujung dengan pencabutan laporan. Meski begitu proses hukum tetap berjalan.
Demikiaan disampaikan Kasatreskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Andri Setiawan yang menyebutkan proses hukum tetap berjalan, walau laporan sudah dicabut.
Sebelumnya pelaku sempat menjalani pemeriksaan di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru hingga dilakukan penahanan.
“Masih berjalan proses hukum walaupun korban mencabut laporan. Saat ini penanganan proses hukum berkaitan dengan pelaporan kasus pemerkosaan saat ini masih dilakukan proses penyidikan,”kata Andri melansir dari Cakaplah. Rabu (5/1/2022).
Kata Andri, saat ini penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru masih melengkapi pemberkasan untuk dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU).
“Penyidik saat ini masih melengkapi berkaitan dengan keterangan saksi-saksi dan kebutuhan formil dan materilnya dalam suatu perkara,”terangnya.
Lanjutnya lagi, Satreskrim Polresta Pekanbaru akan menangani proses tersebut dengan profesional hingga melengkapi berkas perkara untuk dilimpahkan ke JPU.
Terkait musyawarah antara dua belah pihak, Andri menyampaikan dalam konteks penanganan hukum itu bukan ranah dari Polresta.
“Dalam konteks musyawarah korban dengan terlapor penanganan hukumnya di luar konteks kita. Kalau dari kedua belah pihak melakukan upaya-upaya hal musyawarah itu di luar konteks proses penyelidikan dan penyidikan kita,”jelasnya.
“Kalau mereka tetap mengajukan kepada kita, tentu kita terima. Tetapi itu akan menjadi pertimbangan-pertimbangan kita dalam penanganan kasus yang sedang kita tangani ini. Artinya kasus itu tetap berjalan,”tuturnya.
Sebelumnya, AY (15) datang ke Polresta Pekanbaru melaporkan dugaan penyekapan dan pemerkosaan. AY datang didampingi ayahnya AS, pada Jumat (19/11/2021) lalu.
Dia melapor setelah anaknya diduga disekap dan diperkosa dua kali oleh AR. Korban mengaku baru berani melapor kejadian yang terjadi pada 25 September itu karena keluarga sempat diancam keluarga besar pelaku.