Seorang guru ngaji di Kalimantan Timur (Kotim) tega mencabuli anak berusia 12 tahun. Kelakuan asusila pria berumur 35 tahun itu terungkap ketika orang tua korban memeriksa telepon seluler sang anak.
Saat itu Ibu korban kaget karena melihat isi pesan singkat yang dikirim pelaku kepada anaknya berisi kalimat tidak pantas dan video porno. Kini pelaku yang merupakan karyawan sebuah perusahaan besar swasta perkebunan kelapa sawit itu ditahan polisi usai dilaporkan orangtuanya ke Polisi.
“Terduga sudah dititipkan di tahanan Polres Kotawaringin Timur. Untuk penanganannya juga dikoordinasikan dengan unit PPA Polres,” kata Kepala Polres Kotim AKBP Sarpani melalui Kapolsek Telawang Ipda Rakhmat Effendi di Sampit, Kabupaten Polres Kotim, Kamis (3/2/2022).
Dijelaskan Rakhmat, korban pencabulan itu sudah saling kenal karena sama-sama tinggal di lingkungan perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut. Kasus tersebut terungkap ketika ibu korban memeriksa telepon seluler sang anak. Ibu korban kaget karena melihat isi pesan singkat yang dikirim pelaku kepada anaknya berisi kalimat tidak pantas dan video porno.
Ibu korban kemudian menanyakan hal itu kepada sang anak. Saat itulah korban mengaku telah dicabuli oleh guru ngaji tersebut.Tidak terima atas kejadian itu, orang tua korban melaporkan kasus tersebut ke Polsek Telawang. Tidak memerlukan waktu lama, kata Rakhmat, polisi berhasil meringkus guru ngaji yang sehari-hari bertugas sebagai helper bus perusahaan tersebut pada Selasa (1/2).
Hasil pemeriksaan, pelaku diduga sudah tiga kali melakukan tindakan asusila kepada anak di bawah umur tersebut. Tindakan tak senonoh itu dilakukannya di samping toilet masjid dan di rumah pelaku. Sementara itu korban takut untuk menceritakan kejadian yang dialaminya kepada keluarganya. Hal itu pula yang diduga membuat pelaku berani dan mengulangi perbuatannya.
Orang tua korban dan karyawan lainnya tidak menyangka kejadian tersebut. Hal itu lantaran perilaku terduga pelaku selama ini dinilai cukup baik, bahkan di sudah sekitar lima tahun mengajar mengaji untuk anak-anak setempat. “Saat ini kasus akan terus kami kembangkan dan tidak menutup kemungkinan masih ada korban lainnya,”tutup Rakhmat mengutip dari Republika.