Pejabat yang mengurusi tentang kebijakan keamanan Rusia menyatakan, negaranya hanya akan menggunakan senjata nuklir jika keberadaannya terancam.
Hal ini disampaikan Peskov dalam wawancara terbaru bersama CNN, Selasa (22/3).
“Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri yang bersifat publik, Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir (Rusia),” kata Peskov, dikutip dari Sputnik news.
“Jika itu adalah ancaman eksistensial bagi negara kita, maka itu dapat digunakan sesuai dengan konsep kita,” tambahnya.
Peskov menyatakan, Kremlin tidak ingin percaya bahwa tidak ada yang akan mendengarkan kekhawatirannya sampai saat-saat terakhir.
Kekhawatiran tersebut merujuk pada alasan Rusia sampai melakukan operasi khusus atau invasi terhadap Ukraina.
Peskov juga mengaku mengetahui soal rencana Ukraina untuk menyerang Donbass.
Namun, menurutnya, pemerintahan Putin berharap agar Ukraina tidak mempersiapkan serangan terhadap Donbass.
Ia berharap akan ada terobosan dalam format Normandia, tetapi menjadi sangat jelas bagi Moskow bahwa Kiev akan melakukan serangan terhadap Donbass.
Juru bicara Kremlin ini juga menegaskan kembali, militer Rusia tidak menyerang sasaran sipil, dan tujuan dari operasi militer khusus bukanlah “pendudukan Ukraina.”
Peskov menambahkan, operasi militer khusus di Ukraina berjalan sesuai dengan rencana.
Ia mencatat bahwa tidak seorang pun di Kremlin awalnya berpikir operasi militer khusus akan memakan waktu beberapa hari.
Sebab, invasi ini adalah apa yang digambarkan sebagai operasi serius dengan tujuan serius.
Peskov juga membantah klaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin marah dengan Ukraina.
Dia mencatat, bagaimanapun, Putin marah dengan orang-orang di Ukraina yang ingin negara mereka menjadi anggota NATO dan berpotensi menyebarkan rudal Amerika.
Peskov juga menyebut presiden Rusia marah dengan mereka yang akan melarang penggunaan bahasa Rusia, dan yang ingin berpartisipasi dalam proses negosiasi Minsk selama bertahun-tahun tanpa memenuhi kewajiban.