Beredar video secara online yang diduga menunjukkan penyiksaan terhadap tawanan perang di tangan prajurit Ukraina.
Kini, Moskow sedang menyelidiki video penyiksaan itu.
“Video yang beredar online menunjukkan tentara-tentara yang ditangkap, ditembak di kaki dengan bantuan medis,” kata Komite Investigasi Negara Rusia dalam sebuah pernyataan.
Kepala Komite, Alexander Bastrykin, telah memerintahkan penyelidik untuk menetapkan semua keadaan insiden itu.
“Mengumpulkan dan mencatat bukti dan mengidentifikasi semua orang yang terlibat di dalamnya untuk kemudian membawa mereka ke pengadilan,” bunyi perintah tersebut, seperti dikutip Russia Today, Senin (28/3).
Meskipun belum jelas di mana atau kapan video yang mengganggu itu diambil, beberapa laporan media menunjukkan insiden itu terjadi di sebuah kompleks militer yang terletak di wilayah Kharkiv, Ukraina timur, yang digunakan oleh unit-unit nasionalis.
Beberapa video yang mengganggu, yang terlihat difilmkan di fasilitas yang sama, muncul secara online selama akhir pekan. Video-video penyiksaan itu terlihat sangat jelas sehingga media-media Rusia menolak menyebarkannya.
Rekaman itu menunjukkan beberapa orang, yang terlihat sebagai tentara Rusia yang jadi tawanan perang, tergeletak di tanah. Semua prajurit tampak dipukuli habis-habisan dan mengalami luka di kaki.
Para prajurit yang terluka diinterogasi oleh orang-orang bersenjata, banyak dari mereka mengenakan ban lengan biru yang biasa digunakan oleh unit-unit Ukraina.
Beberapa personel yang terluka diduga tewas selama interogasi.
Rekaman video juga menunjukkan tiga tahanan lain diperintahkan keluar dari sebuah van dan menembak kaki mereka dari jarak dekat.
Kekejaman ekstrem yang ditampilkan dalam video tersebut telah menuai kecaman, bahkan dari tokoh-tokoh pro-Ukraina.
Pendiri outlet jurnalisme investigasi Bellingcat yang didanai pemerintah Amerika Serikat (AS), Eliot Higgins, misalnya, telah menggambarkannya sebagai insiden yang sangat serius dan menyerukan penyelidikan lebih lanjut.
Moskow menyerang negara tetangga bulan lalu, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.
Perjanjian Minsk, yang ditengahi Jerman dan Prancis, telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan aliansi militer NATO yang dipimpin AS.