Serangan bersenjata api di kawasan dekat Ibu Kota Israel, Tel Aviv menewaskan lima warga. Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyerukan kecaman.
Menurut Abbas, insiden itu memperburuk situasi.
“Pembunuhan warga Palestina dan warga sipil Israel hanya akan memperburuk situasi, sementara kita semua berjuang untuk stabilitas wilayah,” kata Abbas, seperti dikutip AFP, Rabu (30/3).
Pernyataan Abbas ini dianggap langka mengingat konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina selama ini.
Abbas melontarkan kecaman ini setelah seorang pria bersenjata melakukan serangan secara membabi buta di kawasan Bnei Brak dan Ramat Gan pada Selasa (29/3).
Akibat serangan itu, lima orang tewas, termasuk dua warga Ukraina. Pria bersenjata itu diidentifikasi sebagai Diaa Armashah, warga asal Tepi Barat, Palestina, yang pernah dibui selama empat tahun.
Berbeda dari Abbas, Ismail Haniyeh selaku pemimpin kubu Palestina penguasa Jalur Gaza, Hamas, mendukung serangan tersebut. Menurutnya, penyerang itu melakukan operasi “heroik.”
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengutuk serangan yang menewaskan warganya tersebut.
“(Negara) ini tengah menghadapi gelombang pembunuhan (dan) terorisme,” kata Bennet.
Pembunuhan ini merupakan serangan mematikan ketiga di Israel dalam sepekan. Jika digabungkan, jumlah korban tewas menjadi 11, tak termasuk pelaku.
Pada akhir pekan lalu, dua anggota kepolisian Israel tewas akibat penembakan. Tak lama setelahnya, ISIS mengklaim serangan itu, pertama kalinya sejak serangan di Israel pada 2017 lalu.