Pada 20 Juni 2001, Andrea Yates mengguncang bangsa Amerika setelah mengaku menenggelamkan kelima anaknya yang masih kecil di bak mandi rumah mereka di pinggiran kota Houston.
Yates, yang saat itu berusia 37 tahun, menderita depresi pascamelahirkan yang parah, psikosis pascapersalinan, dan skizofrenia.
Menurut kesaksiannya, dia sedang menunggu suaminya, Rusty, untuk pergi bekerja. Ketika dia pergi, dia mulai menenggelamkan anak-anaknya satu per satu.
Setelah dia menenggelamkan anak-anaknya, dia menelepon 911 berulang kali dan kemudian menelepon suaminya dan menyuruhnya pulang kerja.
Yates didakwa dengan lima tuduhan pembunuhan. Sidangnya menjadi berita nasional.
Tetapi terlepas dari kenyataan bahwa Yates mengaku melakukan pembunuhan, kasus yang rumit itu memiliki beberapa liku-liku.
Penuntut mendorong hukuman mati dan terutama berfokus pada para korban: Noah (7), John (5), Paul (3), Luke (2), dan Maria yang berusia enam bulan.
Namun pembela berpendapat bahwa depresi dan psikosis yang diderita Yates menyebabkan dia membunuh anak-anaknya, dan berpendapat bahwa dia membutuhkan perawatan kesehatan mental yang intensif alih-alih ditahan.
Pada 2002, hakim memvonisnya bersalah atas pembunuhan dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup dengan kemungkinan pembebasan bersyarat setelah 40 tahun.
Pengacara Yates berhasil mengajukan banding atas kasus tersebut dan putusan dibatalkan. Setelah pengadilan ulang pada 2006, Yates dinyatakan tidak bersalah dengan alasan kegilaan.