Menteri Komunikasi dan Informatika atau Menkominfo Johnny G. Plate beberapa waktu lalu menegaskan pemerintah tidak pernah meretas akun media sosial yang vokal menyuarakan kritik terhadap pemerintah. Terbaru, kasus peretasan dialami oleh belasan koordinator aksi demonstrasi mahasiswa 21 April 2022.
Namun jika dilihat kebelakang, aksi peretasan kerap dialami aktivis yang vokal mengkritik pemerintah. Umumnya, para peretas menyasar akun-akun media sosial aktivis saat menjelang demonstrasi guna mengecoh komunikasi mereka.
Serangan digital seperti ini tak jarang dipandang sebagai upaya pembungkaman sipil. Bahkan, sebagian besar masyarakat yakin fenomena ini memiliki pola tersendiri.
Melansir CNNIndonesia.com berikut beberapa kasus peretasan yang dialami para aktivis atau organisasi yang mengkritik pemerintah.
1. Bivitri Susanti
Pakar hukum sekaligus pengajar di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, Bivitri Susanti merupakan satu dari sekian banyak aktivis yang mengalami serangan siber. Akun media sosial Bivitri diretas sejak Rabu (20/4) malam, jelang aksi demonstrasi mahasiswa dan buruh pada Kamis (21/4).
Saat diretas, akun Instagram Bivitri membuat unggahan yang menuding Partai Keadilan Sosial (PKS) hingga Partai Demokrat sebagai dalang demo. Selain Instagram, WhatsApp pribadi Bivitri pun turut menjadi korban.
Merespons hal ini, Bivitri menyebut peretasan yang dialaminya sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Ia pun meminta pemerintah menindak tegas praktik-praktik doxing dan peretasan di Indonesia.
2. Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI)
Sejumlah mahasiswa dan peserta aksi unjuk rasa dari Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) mengaku mengalami peretasan jelang demonstrasi pada Kamis (21/4).
Juru Bicara Blok Politik Pelajar (BPP), Delpedro Marhaen mengatakan, total ada 11 orang anggota AMI yang mengalami peretasan pada akun WhatsApp. Peretasan itu terjadi sejak Minggu (17/4) hingga Rabu (20/4) lalu. Kendati demikian, Pedro menyebut serangan itu bukanlah kali pertama.
Menjelang aksi sebelumnya pada Jumat (1/4) lalu, sebanyak enam orang anggota AMI juga mengalami peretasan, termasuk Ketua BEM Universitas Indonesia (UI) Bayu Satria.
3. Lampung Memanggil
Akun Instagram Lampung Memanggil yang dikelola sejumlah organisasi sipil diklaim telah diretas usai melayangkan ultimatum kepada pemerintah untuk menstabilkan harga pangan dan bahan bakar minyak (BBM) dalam tiga hari.
Melalui keterangan tertulisnya, mereka mengklaim sabotase itu diketahui menjelang agenda konsolidasi yang akan diikuti sejumlah organisasi gerakan sipil di Lampung pada Jumat (15/4).
“Di tengah waktu tunggu ultimatum 3X24 jam, aliansi Lampung Memanggil, kehilangan akses terhadap akun Instagram yang menjadi pusat informasi dan seruan,” ujar mereka dalam rilisnya, dikutip Minggu (17/4).
4. Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII)
Akun WhatsApp Ketua Umum PB PMII, Muhammad Abdullah Syukri juga sempat diduga diretas. Peretasan itu terjadi sejak Sabtu (9/4) malam. Saat diretas, akun WhatsApp Abdullah dikloning dan digunakan untuk menghubungi beberapa pihak yang mengatasnamakan dirinya.
5. Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI)
Koordinator Pusat BEM SI, Kaharuddin HSN DM juga mengaku sempat mengalami peretasan media sosial menjelang aksi demonstrasi 11 April lalu. Serangan itu terjadi pada Kamis (7/4) malam. Media sosial Kaharuddin yang diretas di antaranya yaitu akun Instagram dan WhatsApp pribadinya.
Akibat peretasan itu, Kaharuddin mengaku kesulitan menghubungi mahasiswa lain yang ingin bergabung dalam aksi 11 April maupun wartawan yang biasa bertukar informasi dengannya.
6. Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Sejumlah media sosial Ketua Umum AJI, Sasmito Madrim sempat mengalami dugaan peretasan pada Rabu (23/2) sore. Akun media sosial Sasmito mengunggah konten syur hingga pesan dukungan terhadap proyek pembangunan Bendungan Bener di Desa Wadas, Purworejo.
AJI pun mengecam serangan siber yang diterima Sasmito tersebut. Mereka menilai peretasan itu merupakan bentuk serangan terhadap kebebasan pers sekaligus teror terhadap aktivis.
7. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI)
Sejumlah akun WhatsApp dan media sosial pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) juga mengalami dugaan peretasan pada Minggu (27/6) tahun lalu. Peretasan itu terjadi usai BEM UI mengkritik Presiden Joko Widodo sebagai ‘The King of Lip Service’ alias ‘Raja Membual’.
Serangan siber itu menyasar Wakil Ketua BEM UI, Kepala Biro Hubungan Masyarakat BEM UI, Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI, hingga Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI.