Polda Sumatera Utara (Sumut) menyelidiki Pipa gas pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT SMGP di Kabupaten Mandailing Natal, Sumut, Minggu (24/4) yang kembali bocor dan mengakibatkan 21 orang keracunan.
“Kita masih fokus dalam penanganan terhadap masyarakat yang menjadi korban. Untuk kasusnya sendiri masih dalam penyelidikan,” kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi dilansir dari CNNIndonesia.com
Hadi mengungkapkan Polda Sumut sudah menurunkan Tim Puslabfor dan Reserse Krimum ke lokasi kejadian untuk melakukan penyelidikan.
“Warga yang berada di sekitar lokasi berhasil dievakuasi menjauh dari PT SMGP. Kita juga sudah menerbangkan dua tim dari Labfor dan Krimum untuk cek TKP,” ucap Hadi
Menurut Hadi polisi bersama Pemda setempat telah mengevakuasi 21 orang yang menjadi korban ke RSUD Panyabungan. PT SMGP dibantu personel TNI, Polri, dan Pemkab sudah berhasil menutup kebocoran sumur yang mengeluarkan gas diduga beracun tersebut.
“Langkah awal kita adalah mengevakuasi dan menolong korban, sejauh ini ada 21 orang sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis,” jelas Hadi.
Terpisah, Kapolres Madina, AKBP Reza Akbar menyebutkan ada 21 orang yang dilarikan ke RSUD Panyabungan Madina. Mereka mengalami gejala pusing, mual, muntah dan sesak napas.
“Kejadiannya sekitar jam 09.00 WIB tadi. Saat itu pekerja di PT SMGP melakukan aktifitas pengeboran di sumur 2 Welpad T. Tiba-tiba keluar semburan air panas bercampur lumpur di lokasi,” kata AKBP Reza.
Lokasi proyek PT SMGP berada tak jauh dari permukiman warga. Saat itu para korban tengah berada di areal persawahan untuk memanen padi. Dari video yang beredar, semburan lumpur bercampur gas beracun dari pengeboran proyek itu diperkirakan mencapai 20 meter.
PT Sorik Merapi Geothermal Plant sudah berulangkali mengalami kebocoran gas beracun. Pada 25 Januari 2021 silam, pembangunan power plant Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) tersebut juga memakan korban jiwa.
Saat itu, lima orang meninggal dunia dan puluhan lainnya pingsan akibat menghirup gas beracun dari pipa kran isolasi panas bumi proyek tersebut.
Kemudian, pada Senin 7 Maret 2022, kebocoran gas beracun dari proyek itu kembali terjadi. Tercatat 58 orang mengalami keracunan gas H2S (Hidrogen Sulfida) dari proyek itu. Seluruh korban mendapatkan perawatan di rumah sakit karena mengalami mual-mual, pusing dan sesak nafas.
Meski memakan banyak korban, proyek tersebut tetap beroperasi kembali.