Jack Dorsey mengungkapkan kesalahan Twitter saat era pimpinannya. Mantan CEO Twitter tersebut mengaku menentang ban atau pemblokiran akun secara permanen.
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak percaya blokir permanen dalam bentuk apapun (terkecuali aktivitas ilegal) adalah sesuatu yang benar, atau dapat dibenarkan,” cuit Jack Dorsey pada Sabtu (30/4).
Jack Dorsey memang tidak secara gamblang menyebutkan pemblokiran yang dimaksud. Namun, seperti diberitakan Indian Express pada Minggu (1/5), kemungkinan besar cuitan itu mengenai Donald Trump.
Akun Twitter Trump diblokir secara permanen setelah kerusuhan yang terjadi pada 6 Juni 2021. Saat itu, Trump yang memiliki 88 juta pengikut dianggap menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.
Tak hanya itu, Twitter juga pernah memblokir sementara akun The New York Post setelah menerbitkan artikel tentang laptop Hunter, putera Presiden AS Joe Biden.
Dorsey mengklaim Twitter selalu berupaya menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi, dan setiap keputusan yang diambil untuk menyelesaikan masalah itu adalah sepenuhnya tanggung jawab Dorsey.
Ia mengungkapkan beberapa masalah dapat diperbaiki dengan cepat, sementara yang lain membutuhkan solusi berupa perubahan struktural besar-besaran yang membutuhkan waktu.
Atas masalah-masalah struktural tersebut Dorsey menyebut kegagalan terbesarnya adalah tidak menanggapi masalah itu dengan cukup cepat.
“Ada beberapa hal bisa segera diperbaiki, sedangkan yang lain membutuhkan pemikiran dan penerapan ulang seluruh sistem,” cuit Jack Dorsey dalam utas yang sama.
“Penting bagi saya bagi kita mendapatkan umpan balik kritis dalam segala bentuk. Penting juga mendapatkan ruang dan waktu untuk mengatasinya. Semua itu harus dilakukan di depan umum.”
Kini, Twitter juga kembali menjadi bahan perbincangan setelah Bos SpaceX dan Tesla, Elon Musk membeli perusahaan media sosial Twitter tersebut.
Pada 29 November 2021, Jack Dorsey mengumummkan mundur dari CEO Twitter. Ia menunjuk Parag Agrawal untuk menggantikannya sebagai CEO Twitter.
Lewat email dia kepada staf yang kemudian dia bagikan ke publik lewat kicauannya, Dorsey mengatakan bahwa ia percaya Twitter dipimpin oleh pendiri bakal sangat membatasi dan dianggapnya satu titik kegagalan.
“Saya ingin Anda semua tahu bahwa ini adalah keputusan saya dan saya memilikinya. Itu adalah hal yang sulit bagi saya, tentu saja. Saya sangat menyukai layanan dan perusahaan ini,” ujar Dorsey lewat email yang dibagikan di Twitter.
Selama menjabat, Dorsey dihadapkan dengan pertanyaan kebebasan berpendapat yang sulit, tantangan untuk membuat platform yang dianggap menguntungkan dan kritik yang ia sebarkan.
Di bawah kepemimpinan Dorsey, Twitter mengakuisisi layanan buletin email Revue dan meluncurkan Spaces, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna mendengarkan percakapan audio langsung.