News24xx.com – Kuo Min Tang (KMT) sebagai Partai oposisi utama Taiwan dituduh sebagai pro Tiongkok. Ini adalah sesuatu yang salah mengingat mereka mengklaim sebagai kelompok yang selalu pro Amerika Serikat.
KMT berjuang mempertahankan pulau itu meskipun juga berbicara dengan Beijing. Pernyataan ini disampaikan Ketua KMT Eric Chu di Washington. Demikian dikutip dari Reuters.
KMT memerintah Tiongkok sampai melarikan diri ke Taiwan pada 1949 setelah kalah dalam perang saudara dengan Komunis.
KMT secara tradisional lebih menyukai hubungan dekat dengan Beijing. Tetapi hal ini semakin membuatnya bertentangan dengan sebagian besar orang Taiwan.
KMT kalah telak dalam pemilihan presiden dan parlemen pada 2020 setelah gagal menghilangkan tuduhan dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa bahwa pihaknya akan menjual Taiwan ke Beijing.
“Kami disalahartikan oleh beberapa orang, beberapa media mengatakan kami adalah partai pro Tiongkok, itu sepenuhnya salah.”
Hal ini disampaikan Ketua KMT Eric Chu di Institusi Brookings pada Senin (6/7/2022) selama kunjungan ke Washington. Sekaligus mengecam mereka yang menyebut KMT sebagai pro Tiongkok.
“Kami adalah partai pro AS selamanya,” tambahnya.
Eric Chu menyebutkan Taiwan perlu memiliki pertahanan yang kuat. Dia mengambil perannya saat ini pada bulan September dengan janji untuk mengubah nasib partainya.
Dia menyebutkan,”Jika Anda menginginkan perdamaian, anda harus bersiap untuk perang. Bela diri adalah nomor satu untuk perdamaian dan stabilitas.”
Eric Chu dikalahkan Presiden Tsai Ingwen ketika dia mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2016.
Dia adalah kandidat potensial untuk pemilihan presiden berikutnya pada 2024 meskipun belum mengumumkan niat untuk mencalonkan diri kembali.
Dia menegaskan kembali dukungan partai untuk menjalin diskusi dengan Tiongkok yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri. Diskusi dengan Tiongkok ini guna memastikan stabilitas. Beijing telah meningkatkan kegiatan militernya di dekat Taiwan selama dua tahun terakhir ini dan menolak untuk berbicara dengan Tsai Ingwen yang dipandangnya sebagai separatis.
Presiden Tsai mengatakan mereka menginginkan pembicaraan dengan Beijing tetapi secara setara dan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka sendiri.
Sementara Eric Chu mengatakan Taiwan dapat membantu Barat lebih memahami Tiongkok dan menjadi model bagi negara tetangga raksasanya.
“Taiwan dapat memiliki demokrasi, mengapa tidak Tiongkok suatu hari nanti?” tanyanya.
“Kita harus menunggu ini terjadi, tetapi kita membutuhkan Taiwan sebagai contoh,” pungkas Eric Chu.