News24xx.com – India membantah laporan yang menyebut jika negara tersebut membantu Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negaranya ke Maldives atau Maladewa.
Hal itu diungkapkan Komisi Tinggi India di Sri Lanka dalam sebuah cuitan di Twitter pada Rabu (13/7/2022).
“Kami membantah spekulasi media yang sama sekali tidak berdasar bahwa India memfasilitasi kepergian Presiden Sri Lanka ke negara lain,” tulis Komisi Tinggi India di Sri Lanka sebagaimana dilansir Al-Jazeera pada Rabu (13/7/2022).
“Ditegaskan kembali bahwa India akan terus mendukung rakyat Sri Lanka ketika mereka berusaha mewujudkan aspirasi mereka untuk kemakmuran dan kemajuan melalui cara dan nilai-nilai demokrasi, lembaga-lembaga demokrasi yang mapan dan kerangka konstitusional,” cuitnya.
Mengutip One Media , Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negaranya pada Rabu (13/7/2022) pagi.
Rajapaksa melarikan diri dengan istri dan seorang pengawalnya menggunakan pesawat militer Antonov-32 menuju Kota Male, ibu kota Maladewa atau Maldives.
Direktur Media Angkatan Udara Sri Lanka mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Presiden Sri Lanka, ibu negara bersama dengan dua pengawalnya mendapat persetujuan penuh dari Kementerian Pertahanan untuk imigrasi, bea cukai, dan undang-undang lainnya untuk terbang ke Maladewa. Pesawat Angkatan Udara diberikan kepada mereka pada pagi hari tanggal 13 Juli.”
Seperti diketahui, Rajapaksa akan mengundurkan diri sebagai presiden per 13 Juli 2022 untuk memberi jalan bagi pemerintah persatuan, setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya dan perdana menteri pada hari Sabtu (9/7/2022) menuntut penggulingan mereka
Mengutip dari Reuters, rencananya Rabu ini diadakan peralihan kekuasaan dari Rajapaksa ke ketua parlemen, setelah demonstran menguasai istana kepresidenan dan rumah perdana menteri.
Presiden belum terlihat di depan umum sejak Jumat. Parlemen akan memilih penggantinya pada 20 Juli.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe juga telah setuju untuk mengundurkan diri setelah pembentukan pemerintahan semua partai.
Keluarga Rajapaksa, termasuk mantan perdana menteri Mahinda Rajapaksa, telah mendominasi politik negara berpenduduk 22 juta itu selama bertahun-tahun dan sebagian besar warga Sri Lanka menyalahkan mereka atas masalah saat ini.
Ekonomi yang bergantung pada pariwisata sangat terpukul oleh pandemi Covid-19 dan penurunan pengiriman uang dari luar negeri Sri Lanka, sementara larangan pupuk kimia merusak hasil pertanian. Larangan itu kemudian dibatalkan.
Para pengunjuk rasa menyalahkan dinasti politik Rajapaksa atas krisis tersebut, dan salah satu saudara Rajapaksa, Mahinda Rajapaksa, mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei.
Kurangnya bahan bakar untuk menjalankan pembangkit listrik pada gilirannya menyebabkan pemadaman listrik setiap hari. Sekolah telah ditutup dan pegawai negeri telah diminta untuk bekerja dari rumah.
Pemerintah Sri Lanka sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout. (***)