NEWS24XX.COM – Kota Saranjana disebut-sebut sebagai kota gaib dan dihuni oleh sejumlah jin.
Saranjana hingga kini masih menjadi perbincangan lantaran kisahnya yang penuh misteri, ghaib, namun katanya modern.
Sebagian masyarakat Kotabaru percaya keberadaan Saranjana, sebuah kota gaib dengan peradaban maju.
Namun sayang, Kota Saranjana tersebut tidak dapat dilihat oleh sembarang manusia lho.
Namun, ada cara untuk mencari tahu keberadaan Saranjana berdasarkan sumber lisan.
Kenapa harus dari sumber lisan?
Karena biasanya masyarakat lokal di Indonesia punya tradisi yang kuat.
Seperti dilansir BicaraBerita dari berbagai sumber, Minggu, 7 Agustus 2022, adalah Masyhur, seorang sejarawan dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang mau berkisah tentang kota gaib itu.
“Kalau ditanya ke orang Kotabaru, pasti mereka tahu soal Saranjana. Atau paling enggak mereka pernah dengar,” ujar Masyhur.
Salah satu hipotesa dari Masyhur tentang kota misteri itu adalah tentang Saranjana yang merupakan wilayah kekuasaan dari Suku Dayak yang tinggal di Pulau Laut.
Suku Dayak yang dimaksud adalah Dayak Samihim, sub-etnis yang tinggal di Kalimantan Selatan bagian timur laut.
Siapakah suku Dayak Samihim?
Berdasarkan sebuah penelitian seorang antropolog bernama Noerid Haloei Radam, Dayak Samihim masuk rumpun Maanyan.
Kemudian, Dayak Samihim menyebar hingga ke Pulau Laut saat adanya pembentukan kerajaan Negara Dipa.
Kebenaran hal itu didapat dari sumber lisan lewat nyanyian Orang Maanyan bahwa kerajaan mereka yaitu Nan Sarunai dihancurkan pasukan dari Jawa, Majapahit.
Kemudian, orang Maanyan yang terusir terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat di Kalimantan.
Dan orang Dayak Samihim pun ikut mengungsi dan tinggal di beberapa tempat di antaranya Pulau Laut.
Dalam Sejarah Kotabaru yang terbit pada 2008, diceritakan jika Suku Dayak yang mendiami Kotabaru masih menganut kepercayaan animisme, mereka hidup berkelompok.
Pada masa itu, agama Islam belum masuk.
Masyhur memperkirakan keberadaan Saranjana adalah wilayah dari suku Dayak Samihim, sebelum 1660.
“Tahun 1660 ini diambil berdasarkan catatan sejarawan Goh Yoon Fong yang menyatakan Pulau Laut menjadi hadiah atau tanah apanage,” kata Masyhur.
Pemberian Pulau Laut sebagai hadiah diberikan oleh Kesultanan Banjar kepada Pangeran Purabaya sebagai penghormatan dan imbalan perdamaian.
Masyhur menjelaskan lagi, secara terminologi, saranjana berarti tanah yang diberikan.
Saranjana, meski secara administratif di dunia nyata berada di wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan namun sesungguhnya kota itu tidak pernah ditemukan dalam peta, hingga saat ini.
Meski tak ada dalam peta, tapi masyarakat setempat percaya kota tersebut benar-benar ada di sebuah pulau.
Pulau itu bernama Pulau Laut, di mana ibu kota Kabupaten Kotabaru berada.
Jika kamu penasaran dan mencarinya di peta modern Indonesia, maka kamu akan melihat Pulau Laut tidak terlihat karena melihat luas yang kecil.
Pulau Peta diketahui sangat cantik dan masih perawan, namun sayang tak berpenghuni.