Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengungkapkan bahwa anggota DPR turut menikmati kompensasi atas Pertalite yang dijual di bawah harga keekonomian.
Bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tersebut, diakuinya, memang mayoritas dinikmati oleh kalangan mampu, bahkan orang kaya. Menurutnya, masalahnya sangat dilematis.
“Memang ini masalahnya sangat dilematis. Di satu sisi kompensasi itu sesungguhnya kalau mau jujur terhadap Pertalite atau Solar subsidi dan sebagainya, bahkan industri pun itu menikmati kompensasi, anggota DPR sebagaimana saya katakan menikmati kompensasi,” katanya dalam rapat bersama pemerintah di Gedung DPR RI, Senin (12/9/2022).
1. Pemerintah diminta mereformasi subsidi
Oleh karenanya, Said mendorong pemerintah untuk melakukan reformasi terhadap subsidi energi ini. Sebenarnya, kata Said, pihaknya sudah mendorong hal tersebut sejak beberapa tahun lalu.
“Persoalannya yang kita tuntut selalu dari pemerintah, reformasi subsidi ini, sudah kita minta sejak dari tahun 2019, 2020, 2021,” ujar dia.
Sebagai gambaran, saat ini harga Pertalite adalah Rp10 ribu per liter, sedangkan harga keekonomiannya adalah Rp13.150 per liter. Jadi, selisih harganya dibiayai oleh negara melalui APBN dalam bentuk kompensasi.
2. Pertalite 80 persen dinikmati orang kaya
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, sebelumnya mengungkap bahwa BBM subsidi jenis Pertalite mayoritas dinikmati oleh orang kaya, tepatnya 80 persen, dan hanya 20 persen yang dinikmati orang kurang mampu.
“Pertalite ini menjadi JBKP (jenis BBM khusus penugasan) mulai pertengahan tahun lalu, ini 20 persen digunakan masyarakat kurang mampu, 80 persen masyarakat menengah ke atas,” kata Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (8/9/2022).
Nicke menjelaskan lebih lanjut bahwa pengonsumsi Pertalite mayoritas adalah kendaraan roda empat atau mobil, yaitu 70 persen, sedangkan kendaraan roda dua atau motor 30 persen.
Rata-rata pembelian Pertalite oleh kendaraan roda dua adalah 2,5 liter. Sedangkan kendaraan roda empat adalah 23,5 liter.
“Jadi kalau kita lihat dari volume penjualan yang dibeli atau dinikmati oleh roda dua itu hanya 30 persen. Jadi 70 persen itu dikonsumsi oleh roda empat,” sebutnya.
3. Ojol cuma konsumsi 191 ribu kiloliter
Dari total 29.074.314 kiloliter (kl) konsumsi Pertalite rata-rata per tahun, yang dinikmati mobil adalah 20.352.020 kl, dan motor 29.074.314 kl.
Dalam paparan Nicke, jumlah Pertalite yang dikonsumsi oleh ojek online (ojol) hanya 191.890 kl, atau hanya 2,2 persen dari total kendaraan roda dua yang mengonsumsi BBM RON 90 itu.
Selanjutnya, kendaraan roda dua pribadi mengonsumsi Pertalite sebanyak 8.530.404 kl atau sekitar 97,8 persen.
“Untuk roda empat itu juga sama 98,7 persen adalah untuk mobil pribadi. Jadi, kalau kita lihat taksi online itu hanya 0,6 persen, angkot itu 0,4 persen, taksi plat kuning adalah 0,3 persen. Jadi ini lebih banyak dikonsumsi oleh kendaraan-kendaraan pribadi,” tambahnya.
Sumber : IDNTimes.com