Indonesia sempat mengalami kelangkaan minyak goreng. Pada 3 bulan pertama tahun 2022, menyusul lonjakan harga bahan bakunya, minyak sawit mentah (crude palm oil). Di sisi lain, Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia.
Harga CPO yang terus menanjak tahun 2021, diikuti kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri. Padahal, produksi CPO Indonesia kala itu tak ada gangguan berarti.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian memerintahkan Menteri Perdagangan (Mendag) kala itu, Muhammad Lutfi, agar segera turun tangan mengatasi gejolak minyak goreng di dalam negeri.
Lutfi kemudian menindaklanjuti dengan menetapkan Minyak Goreng Satu Harga Rp14.000 jelang akhir Januari 2022.
Hanya beberapa pekan, kebijakan itu kemudian diganti. Dengan menerapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp11.500 per liter curah, Rp13.500 per liter kemasan sederhana, dan Rp14.000 untuk kemasan.
Namun, krisis minyak goreng mulai terjadi, hingga di berbagai daerah di Indonesia dilaporkan terjadi penurunan pasokan.
Minyak goreng menjadi barang langka. Baru, setelah pemerintah memutuskan, harga minyak goreng tak diatur lagi. Dalam semalam, minyak goreng membanjiri rak-rak toko modern. Namun dengan harga yang melambung.
Pemerintah menetapkan, per 17 Maret 2022, harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium ke mekanisme pasar. Dan hanya mengatur harga minyak goreng curah dengan HET Rp14.000 per liter.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi? Apa pemicu kelangkaan minyak goreng di dalam negeri.
Di hadapan Komisi VII, bos Indofood dan Sinar Mas membeberkan penyebab kelangkaan minyak goreng di dalam negeri.
Harga CPO Terbang
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franky Welirang mengungkapkan penyebab kelangkaan minyak goreng adalah sebagai efek domino lonjakan harga minyak sawit mentah CPO di pasar internasional.
Franky menjelaskan, sebelumnya perusahaannya, yaitu produsen minyak goreng Bimoli, yang merupakan bagian dari Grup Salim, yang juga menaungi Indofood, tidak pernah memproduksi maupun mendistribusikan minyak goreng curah.
Kami tidak ekspor sama sekali, kami menghasilkan minyak goreng processed untuk industri dan yang bermerek. Kalau ditanya, dulu itu langka karena memang harga CPO tinggi,” kata Franky saat menjawab Komisi VII terkait penyebab kelangkaan minyak goreng di dalam negeri.
Seperti diketahui, harga CPO sejak awal tahun ini sempat mencetak 2 kali rekor. Tradingeconomics mencatat, harga CPO internasional sejak awal tahun 2022 terus menanjak hingga rekor pertama di 9 Maret 2022 ke level MYR7.074 per ton.
Setelahnya, harga kemudian melandai lalu menanjak dan terbang ke MYR7.104 per ton pada 29 April 2022. Ini adalah level tertinggi setidaknya dalam 10 tahun.
Perang Rusia-Ukraina yang pecah di bulan Februari 2022, dituding jadi pemicu lonjakan harga CPO dunia. Yang sebelumnya sudah tren menguat sejak tahun 2021.
“Petani senang, harga CPO tinggi karena internasional tinggi. Harga CPO di Indonesia mengikuti internasional. Dan itu dikontrol, ada pungutan-pungutan pajak, termasuk BPDPKS,” katanya saat ikut hadir dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR dengan Dirjen Industri Agro Kemenperin, dikutip Rabu (14/9/2022).
“Yang menyebabkan langka itu, ketika ditetapkan harga minyak goreng murah. Semua rugi. Akibatnya, semuanya nggak bisa menjual hasilnya,” tambah Franky.
Perdebatan Panjang
Sementara itu, Direktur Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (PT SMART Tbk) Irwan Tirtariyadi mengatakan, mempertanyakan penyebab kelangkaan minyak goreng di Indonesia hanya akan memicu perdebatan panjang.
“Tadi ada hipotesa kenapa terjadi kekosongan, debatnya akan panjang sekali,” kata Irwan.
“Apa yang terjadi selama setengah tahun 2022 ini membuat kita belajar mencari kebijaksanaan publik yang pas, mengutamakan kepentingan masyarakat kecil untuk minyak goreng yang affordable,” tambahnya.
Sementara itu, dia menambahkan, sepanjang 6 bulan pertama tahun 2022, kata dia, perusahaan sudah menyalurkan sekitar 130 ribu ton minyak goreng.
“Dan, sampai sekarang pun nggak berubah, tetap seperti itu, yang di Jawa domestik,” imbuh Irwan.
“Saya kira, sekarang sudah lebih baik, kita sudah mulai ketemu. Itu yang harus fokus ke depan, meng-improve SIMIRAH ini demi kepentingan nasional. Mengekspor devisa, dan memproteksi masyarakat mendapatkan minyak goreng yang terjangkau tetap tercapai,” pungkas Irvan.
Sumber : CNBC Indonesia