Lesti Kejora mengaku menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) suaminya, Rizky Billar. Setelah diselidiki, Rizky bahkan diketahui telah melakukan tindak kekerasan berulang.
Hingga saat ini, KDRT masih menjadi ‘momok’ bagi setiap rumah tangga. Siapa saja bisa jadi pelaku KDRT, baik suami ataupun istri.
KDRT biasanya muncul tanpa disangka-sangka. Banyak korban KDRT mengaku kaget atas tindak kekerasan yang dilakukan pasangannya.
Padahal, potensi KDRT bisa dipantau sejak masih berpacaran. Ada beberapa ciri atau sikap seseorang yang membuatnya rentan menjadi pelaku KDRT di kemudian hari.
Psikolog Marissa Meditania berbagi ciri-ciri tersebut. Berikut diantaranya.
1. Tak pernah menghargai opini
Menurut Marissa, pasangan yang tidak pernah menghargai opini yang dilontarkan saat berdiskusi adalah salah satu tanda bahwa ia bukanlah pasangan yang tepat.
Hal ini juga dapat berarti pasangan memiliki sifat defensif dan tidak mau menerima opini yang Anda punya ketika Anda mencoba bersuara.
2. Posesif
“Sifat posesif atau cemburu yang tidak realistis merupakan contoh pasangan memiliki kontrol besar dalam hubungan,” kata Marissa, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (29/9).
Sikap seperti ini, menurutnya, membuat seseorang rentan berhubungan dengan tindak kekerasan karena mereka merasa dirinya berkuasa atas hubungan.
3. Sudah ada perilaku abusive
Adanya perilaku kasar atau abusive, entah itu fisik atau verbal, dapat menjadi tanda pasangan Anda rentan melakukan KDRT. Termasuk juga dalam urusan finansial.
“Memakai uang kita enggak bilang dan lain-lain. Itu artinya kontrol dirinya sangat kurang,” jelas Marissa.
4. Kasar memperlakukan orang di sekitar
Potensi kekerasan juga bisa dilihat dari bagaimana pasangan memperlakukan orang-orang di sekitarnya, terutama keluarga inti.
“Perlu dilihat juga apakah dengan keluarga inti atau dengan lingkungan teman-teman terdekatnya dia pernah ada perilaku kekerasan fisik,” lanjutnya.
5. Cepat meledak di bawah tekanan
Emosional atau tidaknya pasangan saat mengatasi masalah juga perlu ditilik.
Menurut Marissa, jika pasangan cepat berapi-api dan sulit mengendalikan diri hingga merusakkan barang-barang yang ada di sekitar saat ada di bawah tekanan, maka Anda perlu berhati-hati.
6. Menjadi korban kekerasan orang lain
Korban kekerasan umumnya dapat memendam trauma. Hal itu membuat seseorang merasa dirinya tak punya kendali dan inferior. Tindak kekerasan menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi.
Menurut Marissa, orang seperti ini umumnya akan berpikir bahwa kekerasan menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kontrol atas dirinya.
Sumber: CNN Indonesia